"Na, aku ingin meminta maaf," ucap Wei dengan suara lembut. "Aku tahu ini bukan situasi yang adil bagimu."
Na menoleh padanya, matanya dipenuhi dengan rasa sayang dan pahit. "Pak Wei, ini bukan salahmu. Kita hanya terjebak dalam keadaan yang sulit."
Mereka saling berpelukan untuk terakhir kalinya, merasakan getaran emosi yang tak terungkapkan di antara mereka. Meskipun jalan mereka akan terpisah, mereka tahu bahwa perasaan mereka satu sama lain akan tetap ada, meski terpendam di dalam hati.
Chapter 9 berakhir dengan Wei dan Na menghadapi akhir dari babak hidup mereka bersama. Meskipun keputusan Wei telah dibuat, mereka merasa lega bahwa cinta mereka tidak akan pernah pudar. Mereka belajar untuk menerima kenyataan bahwa kadang-kadang cinta tidak cukup untuk mengubah takdir yang telah ditentukan oleh kewajiban dan tradisi.
Chapter 10: Pilihan Hati
Setelah berbulan-bulan merenungkan perjodohan yang diatur oleh keluarganya, Chen Wei akhirnya mencapai titik terberat dalam hidupnya. Dia duduk sendiri di ruang kerjanya, mata tertuju pada gambar keluarga di meja kerjanya yang mengingatkannya pada nilai-nilai dan tanggung jawab yang diwariskan oleh keluarganya.
Namun, hatinya tidak pernah begitu jelas tentang apa yang seharusnya dia lakukan. Dia menyadari bahwa cinta sejatinya untuk Li Na tidak bisa ditangguhkan atau diabaikan. Setiap kali dia berpikir tentang perjodohan, dia merasa seperti mengkhianati perasaannya sendiri.
Pada suatu pagi yang cerah, Wei memutuskan untuk menghadap orang tuanya. Mereka duduk bersama di ruang makan, suasana hati mereka tegang namun tenang.
"Ayah, Ibu, saya harus berbicara dengan jujur. Saya tidak bisa menerima perjodohan ini," ucap Wei dengan suara tegas, matanya menatap langsung ke mata kedua orang tuanya.
Ayahnya menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk memahami kata-kata Wei. "Wei, ini bukan keputusan yang mudah. Keluarga Li adalah mitra bisnis penting bagi kita."
Wei mengangguk. "Saya tahu, Ayah. Tapi ini tentang hidup saya sendiri. Saya tidak bisa mengecewakan perasaan saya sendiri."
Ibunya menatap Wei dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan pengertian. "Anakku, kami hanya ingin yang terbaik untukmu."