Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Romansa Presdir: Antara Bisnis dan Cinta

16 Juli 2024   07:18 Diperbarui: 16 Juli 2024   07:29 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Na, aku ingin meminta maaf," ucap Wei dengan suara lembut. "Aku tahu ini bukan situasi yang adil bagimu."

Na menoleh padanya, matanya dipenuhi dengan rasa sayang dan pahit. "Pak Wei, ini bukan salahmu. Kita hanya terjebak dalam keadaan yang sulit."

Mereka saling berpelukan untuk terakhir kalinya, merasakan getaran emosi yang tak terungkapkan di antara mereka. Meskipun jalan mereka akan terpisah, mereka tahu bahwa perasaan mereka satu sama lain akan tetap ada, meski terpendam di dalam hati.

Chapter 9 berakhir dengan Wei dan Na menghadapi akhir dari babak hidup mereka bersama. Meskipun keputusan Wei telah dibuat, mereka merasa lega bahwa cinta mereka tidak akan pernah pudar. Mereka belajar untuk menerima kenyataan bahwa kadang-kadang cinta tidak cukup untuk mengubah takdir yang telah ditentukan oleh kewajiban dan tradisi.

Chapter 10: Pilihan Hati

Setelah berbulan-bulan merenungkan perjodohan yang diatur oleh keluarganya, Chen Wei akhirnya mencapai titik terberat dalam hidupnya. Dia duduk sendiri di ruang kerjanya, mata tertuju pada gambar keluarga di meja kerjanya yang mengingatkannya pada nilai-nilai dan tanggung jawab yang diwariskan oleh keluarganya.

Namun, hatinya tidak pernah begitu jelas tentang apa yang seharusnya dia lakukan. Dia menyadari bahwa cinta sejatinya untuk Li Na tidak bisa ditangguhkan atau diabaikan. Setiap kali dia berpikir tentang perjodohan, dia merasa seperti mengkhianati perasaannya sendiri.

Pada suatu pagi yang cerah, Wei memutuskan untuk menghadap orang tuanya. Mereka duduk bersama di ruang makan, suasana hati mereka tegang namun tenang.

"Ayah, Ibu, saya harus berbicara dengan jujur. Saya tidak bisa menerima perjodohan ini," ucap Wei dengan suara tegas, matanya menatap langsung ke mata kedua orang tuanya.

Ayahnya menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk memahami kata-kata Wei. "Wei, ini bukan keputusan yang mudah. Keluarga Li adalah mitra bisnis penting bagi kita."

Wei mengangguk. "Saya tahu, Ayah. Tapi ini tentang hidup saya sendiri. Saya tidak bisa mengecewakan perasaan saya sendiri."

Ibunya menatap Wei dengan ekspresi campuran antara kekecewaan dan pengertian. "Anakku, kami hanya ingin yang terbaik untukmu."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun