Asistennya, Zhang Li, membuka pintu dan melangkah masuk. "Pak Wei, artis baru yang akan kita promosikan telah tiba. Namanya Li Na. Anda ingin bertemu dengannya sekarang?"
Wei mengangguk tanpa banyak berpikir. "Bawa dia masuk."
Tak lama kemudian, seorang wanita muda dengan rambut panjang berwarna hitam mengilap dan mata yang berbinar penuh semangat masuk ke ruangan. Dia mengenakan gaun sederhana namun anggun, yang menonjolkan kesan elegan dan alami. Li Na tampak sedikit gugup, namun senyumnya yang tulus membuatnya terlihat sangat menawan.
"Selamat pagi, Pak Wei. Terima kasih telah memberi saya kesempatan ini," kata Li Na sambil membungkuk hormat.
Wei menatapnya dengan tajam, mencoba menilai potensi yang dimiliki oleh wanita muda di hadapannya. "Selamat datang di Xingle Entertainment, Li Na. Saya berharap banyak dari Anda. Xingle bukanlah tempat untuk setengah-setengah. Anda harus memberikan yang terbaik."
Na mengangguk dengan penuh keyakinan. "Saya mengerti, Pak Wei. Saya akan bekerja keras untuk memenuhi harapan Anda dan membanggakan perusahaan ini."
Setelah beberapa menit percakapan formal, Wei mengakhiri pertemuan itu dan mempersilakan Na untuk mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya. Saat Na meninggalkan ruangan, Wei tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan betapa berbeda auranya dibandingkan dengan artis-artis lain yang pernah ia temui.
Hari-hari berikutnya, Li Na mulai menjalani rutinitas latihan dan persiapan yang ketat. Dia berlatih vokal, menari, dan berakting dengan penuh dedikasi. Setiap kali Wei memeriksa perkembangan Na, dia selalu terkesan dengan kerja keras dan semangat yang ditunjukkan oleh wanita muda itu. Meskipun demikian, Wei tetap menjaga jarak, tetap mempertahankan profesionalismenya sebagai CEO.
Namun, suatu malam, ketika Wei sedang bekerja lembur di kantornya, dia mendengar suara merdu yang berasal dari ruang latihan. Penasaran, dia berjalan menuju suara itu dan menemukan Li Na sedang berlatih sendirian, menyanyikan sebuah lagu dengan penuh perasaan. Suaranya yang lembut dan penuh emosi seakan-akan menceritakan kisah hidupnya.
Wei terpaku di ambang pintu, mendengarkan setiap nada yang keluar dari bibir Na. Tanpa disadari, hatinya mulai tersentuh oleh keindahan dan ketulusan suara Na. Dia menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih dari sekadar potensi bisnis dalam diri Li Na. Ada sesuatu yang murni dan tulus, sesuatu yang selama ini ia abaikan.
Ketika Na selesai menyanyi, dia terkejut melihat Wei berdiri di sana, memperhatikannya dengan penuh minat. "Pak Wei, saya tidak tahu Anda di sini. Saya minta maaf jika saya mengganggu."