Mohon tunggu...
Agus Tjakra Diredja
Agus Tjakra Diredja Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Hapus batas dunia, jelajahi isinya. Jika jenuh, temukan kedamaian dalam secangkir kopi dan keheningan, karena menulis adalah pelarian dan cara berbagi cerita

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jejak-Jejak Cinta dalam Pusaran Waktu

25 Oktober 2024   21:38 Diperbarui: 25 Oktober 2024   21:52 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (sumber freepik)

Saat itu, memandang Ken di bawah cahaya bulan Italia, aku menyadari bahwa cinta kami telah berevolusi. Dari cinta muda yang penuh gairah, menjadi sesuatu yang lebih dalam, lebih kuat, dan lebih abadi.

"Ken," aku berbisik, "Terima kasih telah menjadi rumahku, di manapun kita berada."

Dia tersenyum, matanya berkaca-kaca, "Dan kau adalah rumahku, selalu."

Malam itu, di bawah langit berbintang Italia, kami membuat janji baru. Untuk terus menciptakan petualangan

Setahun berlalu di Italia, dan hari kepulangan kami ke tanah air semakin dekat. Namun, pagi itu, aku terbangun dan mendapati sisi tempat tidur Ken kosong. Di atas bantal, ada secarik kertas dengan tulisan tangannya yang khas:

"Temui aku di tempat pertama kali kita bertemu. Ada sesuatu yang harus kukatakan."

Jantungku berdebar kencang. Tempat pertama kali kami bertemu? Itu berarti kembali ke kota kami di Indonesia. Tapi kenapa? Dan mengapa Ken pergi tanpa memberitahuku?

Dengan tergesa-gesa, aku mengemas barang-barangku dan memesan tiket pulang ke Indonesia. Sepanjang perjalanan, berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benakku. Apakah ada sesuatu yang salah? Apakah Ken menemukan sesuatu dari masa lalu kami?

Setibanya di kota kelahiran kami, aku langsung menuju taman kota, tempat kami pertama kali bertemu dulu. Hari sudah senja ketika aku tiba. Taman itu sepi, hanya ada beberapa orang yang lewat. Aku mencari-cari sosok Ken, tapi dia tak terlihat di manapun.

Tiba-tiba, mataku menangkap sesuatu yang berkilau di bangku taman tempat kami biasa duduk. Aku mendekat dan menemukan sebuah amplop berwarna emas. Dengan tangan gemetar, aku membukanya.

Di dalamnya ada selembar kertas dengan tulisan Ken:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun