"Aku ingin kita memulai petualangan baru," Ken menjelaskan. "Bagaimana kalau kita tinggal di sana selama setahun? Aku bisa melukis pemandangan baru, dan kau bisa mendapatkan inspirasi untuk novel berikutnya."
Aku terdiam sejenak, terkejut dan terharu. "Tapi bagaimana dengan galerimu? Dan kota ini?"
Ken tersenyum, "Galeri bisa diurus dari jarak jauh. Dan kota ini... well, dia akan selalu ada di sini menunggu kita kembali."
Aku memeluknya erat, "Ya, ayo kita lakukan!"
Â
Enam Bulan Kemudian, di Italia:
Kami menyewa sebuah rumah kecil di bukit yang menghadap ke laut. Setiap pagi, aku bangun dengan pemandangan matahari terbit yang memukau, sementara Ken sudah sibuk dengan kanvas dan cat-catnya di beranda.
Hari-hari kami dipenuhi dengan eksplorasi desa-desa kecil, mencicipi makanan lokal, dan bertemu dengan penduduk setempat yang ramah. Malam-malam kami dihabiskan dengan berbagi cerita tentang pengalaman kami sepanjang hari, atau hanya duduk dalam diam menikmati anggur lokal sambil memandangi bintang-bintang.
Suatu malam, saat kami duduk di beranda, Ken berkata, "Kau tahu, Aku, kadang aku berpikir tentang berapa banyak yang telah kita lalui untuk sampai di sini."
Aku mengangguk, "Ya, perjalanan kita tidak selalu mudah. Tapi setiap langkah membawa kita lebih dekat satu sama lain."
Ken menggenggam tanganku, "Dan aku bersyukur untuk setiap langkah itu."