"Tapi bagaimana dengan galerimu di sini?" tanyaku.
Ken tersenyum, "Aku bisa membuka galeri baru di sana. Lagipula, kota kita selalu menjadi inspirasi terbesar bagiku."
Seminggu kemudian, kami berkemas. Lukisan-lukisan Ken, buku-bukuku, dan kenangan-kenangan baru yang telah kami ciptakan, semua dimasukkan ke dalam kardus-kardus. Kami siap untuk babak baru dalam hidup kami.
Saat mobil kami melaju kembali ke kota masa kecil kami, aku merasakan campuran antara nostalgia dan antisipasi. Kota itu mungkin telah berubah, tapi inti dari apa yang membuatnya istimewa bagi kami masih ada - cinta kami.
"Siap untuk petualangan baru?" tanya Ken, tangannya menggenggam tanganku.
Aku mengangguk, "Selama bersamamu, aku siap menghadapi apa pun."
Dan begitulah, kisah pencarian kami berakhir, hanya untuk memulai babak baru yang lebih indah. Kota itu menyambut kami kembali, siap menjadi saksi atas cinta yang telah menemukan jalannya pulang.
Akhir yang sekaligus menjadi awal,
Dua hati yang terpisah kini bersatu,
Dalam pelukan kota yang tak pernah terlupakan.
Setahun Kemudian:
Waktu berlalu dengan cepat sejak kami kembali ke kota ini. Ken berhasil membuka galeri barunya di pusat kota, tak jauh dari kafe tempat kami bertemu dulu. Galeri itu menjadi sensasi baru di kota kami yang sedang berkembang, menarik pengunjung dari berbagai kalangan.
Aku sendiri memutuskan untuk menulis novel, terinspirasi oleh perjalanan kami. Setiap pagi, aku duduk di meja yang sama di kafe itu, mengetik sambil sesekali memandang ke luar jendela, mengamati kota yang perlahan berubah namun tetap familiar.
Suatu hari, saat sedang menulis, aku mendengar suara yang familiar.