"Mengapa kau bilang seperti itu Cecil?" Ucapnya "Kamu tau kan seberapa besar cintaku ke Luna dan kau beraninya bilang seperti itu, apa yang kau pikirkan?"
"Sudah! Yang ada dipikiranmu itu cuman Luna, Luna dan Luna....... kapan kamu akan melihat orang disekitarmu.... ak-aku....... aku mencintaimu...."
Dia pun terdiam. Tanpa kusadari air mata telah mengalir di pipiku. Mengapa hanya dengan mendengar Cecilia membuat badanku begitu lemas. Dadaku terasa begitu sesak. Pikiranku terasa begitu goyah. Dan akhirnya aku pun pingsan.
Saat aku bangun, yang kulihat hanyalah seberkas cahaya saja. Begitu aku sadar, ternyata aku sedang berada di bangku taman. Aku sedang tertidur di pangkuannya. Ah jadi begitu, sekarang aku sedang diurus sama lelaki yang aku cintai. Kita pun berbicara dengan begitu hangatnya. Nampaknya Cecilia pun tidak ada disini. Disaat kita sedang tertawa, datang seorang lelaki berjaket kulit. Ia nampak begitu senang. Namun aku sebaliknya, karena orang itu adalah ayahku. Kukira dia datang untuk menemuiku, tetapi tatapannya terpaku kepada lelaki disampingku ini.
"Senang bertemu denganmu disini, Nak. Atau harus kupanggil Haruki"
"A-ayah?"
"Heh....... a-ayah?" Ucapku.
To Be Continued