"Iya, Pak, saya ingat."
"Kamu tahu kalau Inov hanya lulusan SMP? Kamu tahu Inov melamar kerja di waralaba ini menggunakan ijazah Kejar Paket C?"
"Iya, Pak. Inov pernah cerita kepada saya."
"Dika.... Jujur saja, sejak awal Inov melamar sebenarnya Inov sudah ditolak. Inov sebenarnya sudah tidak masuk kualifikasi administrasi karena syarat minimal adalah lulusan SMA dan memiliki ijazah SMA. Bukan ijazah Kejar Paket C. Memang kedua ijazah tersebut setara, tapi peraturan dari kantor pusat menyatakan bahwa yang bisa diterima hanyalah lulusan SMA yang memiliki ijazah SMA."
"Lalu...?"
"Iya, sebenarnya Inov sudah ditolak sejak awal. Tapi, ketika bapak membaca surat lamarannya sekali lagi, di bagian bawah surat itu tertulis kata-kata: Saya bekerja bukan untuk diri saya. Saya bekerja untuk menyekolahkan adik saya yang masih SMP. Saya ingin agar ia tidak menjadi bodoh seperti mbaknya ini yang hanya lulusan SMP. Saya ingin ia bisa melanjutkan hingga SMA, bahkan kalau bisa hingga sarjana."
Aku terdiam. Aku beku. Aku kemudian teringat bahwa Inov pernah menceritakan hal itu. Manajerku kembali melanjutkan ceritanya.
"Bapak tidak menyadari, ketika membaca surat lamaran itu, air mata bapak menetes membasahi surat lamaran Inov. Akhirnya bapak putuskan sedikit melanggar aturan dari kantor pusat. Bapak putuskan memanggil Inov untuk wawancara."
"Akhirnya Bapak terima Inov kerja, kan?"
"Iya, setelah mendengar penjelasan langsung dari Inov, bapak putuskan untuk menerimanya bekerja."
Aku sedikit tercerahkan. Putaran otakku mulai menemukan porosnya. Ternyata....