Mohon tunggu...
Andriyansyah Marjuki
Andriyansyah Marjuki Mohon Tunggu... Guru - Saya adalah saya yang bukan kamu atau dia, apalagi kita.

Seorang BOCAH GEDE yang masih berusaha untuk memahami makna 'Urip Mung Mampir Ngombe'. http://basando.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Purnama di Balik Awan

13 April 2012   14:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:39 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari demi hari terus berlalu. Tapi, entah mengapa keheranan Inov membayangi pikiranku. Keanehan yang dirasakan Inov cukup beralasan. Sebelumnya ia bekerja sebagai kasir dengan gaji yang pas-pasan. Kemudian ia dipecat tanpa pesangon sepeser pun. Sekarang ia bekerja dan mendapatkan gaji yang lebih dari cukup. Aneh memang....

Beberapa hari kemudian aku terdorong untuk mencari tahu masalah pemecatan Inov 3 bulan lalu kepada beberapa karyawan lain. Kasus itu memang sudah dianggap selesai dengan dipecatnya Inov. Akupun sebenarnya sudah melupakan kasus itu. Tapi, telepon dari Inov menyegarkan ingatanku mengenai kejadian itu. Seingatku pada malam itu memang uang cash yang ada di meja kasir sudah sesuai dengan laporan penjualan barang. Tak ada selisih yang terlalu besar. Tapi mengapa pada saat penghitungan akhir selisihnya menjadi sebesar itu? Otakku berputar tanpa poros yang pasti. Absurd.

Beberapa hari selanjutnya aku terus mencari informasi mengenai beberapa keanehan yang semakin kurasakan. Karyawan lain mengatakan kepadaku bahwa sebaiknya aku melupakan semua peristiwa itu. Toh, semuanya sudah berlalu dan Inov sudah hidup lebih baik. Mereka benar, tapi otakku masih terus berputar pada poros yang tak pasti.

***

Pada suatu malam yang gelap dan dingin seperti biasanya, aku bersiap pulang setelah menyelesaikan urusan pekerjaanku. Tak disangka manajer toko memanggilku.

"Dika, tunggu!"

"Ya, Pak. Ada apa?"

"Tunggu bapak. Ada yang ingin bapak bicarakan."

"Semua pekerjaan sudah beres, Pak. Sudah rapi."

"Bukan masalah pekerjaan, tunggu...."

Aku terdiam dan menunggu manajerku itu. Kemudian ia mengajakku ke sebuah kedai kopi yang berada di udara terbuka. Kebetulan malam itu cukup cerah walaupun gelap membayangi. Sebenarnya ada purnama di atas sana, tapi awan tebal menghalangi sinar indahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun