"Ara, kamu tidak bisa seegois ini" Ucap Abi
 Azzahra yang mendengarkan ucapan abinya dibuat semakin menangis.
 "Abi, Ara gak mau jauh sama Marvel". Ucap Ara dengan memohon.
 "Abi, Ara bisa ajarkan Marvel untuk mengenal islam, cukup kasih Ara waktu" mohon Azzahra kepada Abinya.
 "Ara, kamu belum tahu apa-apa. Mungkin kamu bisa mengajarkan mengenal Islam kepadanya, tapi apa kamu tahu apa yang terjadinya setelahnya jika suatu hari dia akan masuk Islam? Ia mungkin akan di cap buruk di keluarganya, ia mungkin dicampakkan dari keluarganya dan bahkan ditinggalkan."" Ucap Abi yang menahan amarahnya.
 "Abi memang tidak pernah memikirkan perasaan Ara." Ucap Zahra dengan meninggikan nada bicaranya.
 Zahra keluar dari kamarnya dan pergi entah kemana tanpa tujuan. Orang tuanya masih merasakan kesedihan anaknya dan mencoba mencari cara apa pilihan terbaik bagi anaknya. Orang tuanya memutuskan untuk menitipkan Azzahra ke Canada bersama neneknya. Berita keberangkatan Zahra ke Canada secara tiba-tiba membuat sahabatnya ikut sedih. Zahra menceritakan semua kesedihannya kepada mereka berdua. Tentang ia yang terpaksa pindah dan tentang ia yang merindukan Marvel setiap harinya. Mereka bertiga menangis sejadi-jadinya melihat sahabatnya yang akan pergi meninggalkan mereka.
 Berita keberangkatan Azzahra masuk sampai ke telinga Marvel. Tanpa ia ketahui bahwa hari keberangkatan dijadwalkan lebih cepat dari seharusnya. Segera Marvel menuju bandara dan mencoba menghubungi Azzahra namun tak ada balasan.  Sesampainnya di bandara tanpa tujuan ia mencari Zahra kemanapun, ia khawatir bila Zahra sudah di ruang tunggu. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin cemas, ia menengok kesana kemari bahkan meneriaki nama Zahra namun tak ada respon dari orang sekitar.
 "Vell?" Ucap seorang perempuan yang berada di belakangnya.
 "Zahra.." Ucap Marvel yang seketika kekhawatirannya mereda.
 Marvel memeluk Zahra dengan sangat erat. Rasa rindu mereka saling terbalaskan, tak kuat menahan rasa rindu Zahrapun menangis berada di pelukan Marvel.