***
“Permisi mas, kalo yang punya rumah lagi kemana ya mas? Dari kemarin saya liat kayaknya lagi gaada di rumah,” tanyaku pada salah satu tetangganya yang lewat.
“Kemarin saya sempet ngorbol katanya beliau mau ke rumah sakit mas, anaknya lagi dirawat,” jelasnya.
“Oh, rumah sakit mana ya mas kira-kira?”
“Waduh, kalo itu saya kurang tahu mas. Masnya mau nagih utang ya? Duh jangan dulu deh mas, kasian keluarganya lagi kena musibah.”
“Ga begitu mas, saya kenalannya pak Bayu, saya kebetulan lagi ada perlu sama beliau. Masnya suka suudzon duluan deh.”
“Oh, ya maaf mas. Saya kira kan mas, soalnya masnya kaya lagi kesel gitu, mirip retenir yang ada di sinetron Azab mas,” dia langsung pergi begitu saja.
“Buset dah, ini orang kaga ada sopan santunnya,” kataku dalam hati, kesal.
Lantas aku pun mencoba menghubungi ayahmu, tetapi sama saja, hanya balasan dari costumer service yang kuterima, begitu juga ketika aku menghubungi ibumu. Semakin khawatirlah aku. Tidak ada satupun keluargamu yang bisa aku hubungi. Dan aku pun tidak tahu rumah sakit mana tempatmu dirawat. Aku kebingungan. Seperti, anak ayam yang masuk ke got, terpisah dari induknya.
Sudah seminggu berlalu, tapi aku belum bisa mendapatkan kabar apa-apa. Dan aku pun belum sempat datang ke rumahnya lagi, karena pekerjaanku semakin bertambah akhir-akhir ini. Naura seakan hilang begitu saja, layaknya seorang pesulap handal, punya trik hebat untuk menghilangkan orang, yang tidak bisa dibongkar oleh netizen jahil di kolom komentar Youtube sekalipun.
Tiba-tiba saja hpku berdering, memecahkan keheningan, membangunkan lamunanku. Telepon dari ayahmu rupanya. Dia bilang ingin bertemu denganku, ingin membicarakan sesuatu. Aku yang akhirnya mendapatkan kabar, segera siap-siap untuk menuju ke rumah Naura. Hari ini cuaca cerah, cukup terik dan sedikit berawan.