“Nadia gabisa, katanya dia lagi rawat neneknya yang sakit. Diki masih di luar kota. Kalo Andhra belum bisa dihubungi lagi,” jelasku. Padahal sebelumnya aku dan Andhra sempat ngobrol di chanel discord. Bertiga dengan Diki. Habis main PUBG bareng.
Kami sudah sering bermain PUBG bareng. Walaupun, kata Diki, Andhra jadi beban. Tapi lumayan lah kita sudah lima kali chicken dinner.
“Hmm, kayaknya bakal kita berdua saja deh yang jadi. Tapi ngga apa-apa lah,” katanya, sedikit kecewa.
“Udah ya, gue masih sibuk dan kayaknya bakal susah dihubungi. Sampe ketemu lusa ya,” kataku mengakhiri obrolan.
***
Akhir-akhir ini aku memang sedang sibuk mencari uang tambahan untuk intership nanti, aku tidak mau terlalu membebani kedua orang tuaku. Aku tahu tanggungan mereka bukan hanya aku, tapi juga adik-adikku. Sebagai anak sulung aku harus bisa bergantung pada diriku sendiri.
Sempat aku berdiskusi dengan orang tuaku, berbincang mengenai investasi. Mereka bertanya mengapa aku ingin cepat-cepat investasi? Dengan simplenya aku menjawab “Biar punya uang banyak di masa yang akan datang,” alasannya sebenernya cuma itu doang.
Hari mulai sore, cahaya keorenan masuk melalui kaca samping. Sambil membawa mobil, aku menyusuri jalanan metropolitan menuju tempat ketemuan kita, menggunakan Toyota Corolla tahun 2008 yang aku dengan bangga beli dengan tabunganku sendiri. “Biar bekas, yang penting tidak ngutang,” kataku setelah berjabat tangan dengan pemilik sebelumnya.
Dan seperti biasa, tempatnya sudah dipenuhi oleh anak muda yang nongkrong, lalu memamerkannya untuk keperluan Instastory mereka. Ternyata aku sampai lebih dulu, Naura belum bisa dihubungi, “Mungkin hpnya mati,” pikirku. Sambil menunggu dia datang, aku memesan secangkir espresso panas. Tidak lupa diiringi lagu jazz klasik, bedanya sekarang aku sudah tidak mengantuk lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi Naura belum juga datang. Aku kembali menghubunginya lagi, namun hanya balasan costumer service yang kuterima. Lantas aku pun berinisiatif untuk pulang, sembari mampir ke rumahnya untuk mengecek keadaannya.
Sesampainya disana, rumahnya terlihat seperti tidak ada orang, sepi. “Ini anak kemana coba,” kataku dalam hati. Aku tidak berani untuk masuk begitu saja karena takut disangka maling oleh orang. Jadi, aku memutuskan untuk kembali lagi esok hari.