Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Penguatan Lembaga Adat Kerinci

14 Juni 2024   15:30 Diperbarui: 14 Juni 2024   15:35 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PELATIHAN PENGUATAN LEMBAGA ADAT KERINCI

Disusun Oleh Zarmoni

Gelar Temenggung Rio Bayan Putih

 

 

  • PENDAHULUAN
  • Adat ialah suatu kebiasaan atau tradisi suatu kaum, kelompok, klan, dalam hal melakukan sesuatu secara kontinyu atau berulang-ulang. Didalam menjalani kehidupan disuatu tempat kita tidak bisa terlepas dari adat istiadat tempat tersebut. Bak istilah seloka adat mengatakan "Lain lubuk lain ikannya, lain padang lain belalangnya". Sebagai manusia beradab, beradat, dan beragama kita harus menjunjung nilai-nilai dan norma-norma adat suatu wilayah. Dimana bumi dipijak disana adat istiadat dijunjung.

Indonesia memiliki adat istiadat yang beragam karena penduduknya heterogen. Masyarakat heterogen ini memiliki budaya, tradisi, dan kebiasaan yang berbeda di setiap daerah. Norma, nilai, dan tradisi masyarakat Indonesia masih berlaku hingga kini. Adat istiadat adalah bagian dari kekayaan budaya suatu daerah atau bangsa.

Menurut KBBI, adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi satu ke generasi lain sebagai warisan, sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat. Adat berasal dari bahasa Persia yang berarti kebiasaan; cara; penggunaan; upacara; observasi. Sementara itu, istiadat berasal dari bahasa Arab isti'adah yang berarti permintaan kembali.

Adat istiadat adalah bagian berasal kekayaan budaya suatu wilayah atau bangsa. tata cara norma adalah bentuk budaya yang mewakili adat, nilai, tradisi, serta kebiasaan beserta berasal suatu grup. Umumnya, adat istiadat digunakan buat memandu sikap serta perilaku warga tertentu.

Pada kamus antropologi adat tata cara disamakan menggunakan tradisi. Tradisi artinya bentuk perbuatan yang sudah dilakukan berulang menggunakan cara yang sama. Tradisi berarti sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi.[1]

  •  

  •  
  • ADAT DI KERINCI
  •  
  • Adat di Kerinci di junjung tinggi oleh masyarakatnya yang diatur oleh pemangku Sko. Pemangku Sko ialah orang yang ditunjuk oleh anak batino sebagai orang yang berjalan dulu sepatah, berbicara dulu selangkah. Adat di Kerinci semuanya sama, namun premakaiannya ditengah kehidupan bermasyarakat yang berbeda-beda, dalam istilah adat dikenal dengan istilah "Adat lata pakai silepeh, makai ka itu ado balain-lain"[2] 
  •  
  • Kerinci terbagi menjadi beberapa bagian kerapatan adat, yaitu :
  •  
  • Depati 4 Selapan Helai Kain
  •  
  • Depati Muaro Langkap di Tamiai
  •  
  • Depati Rencong Telang di Pulau Sangkar
  •  
  • Depati Biang sari di Pengasi
  •  
  • Depati Batu Hampar di Sanggaran Agung
  •  
  • Depati Selapan Helai kain
  •  
  • Semurup
  •  
  • Karamantan
  •  
  • Depati Tujuh,
  •  
  • Tanah Rawang,
  •  
  • Panawa,
  •  
  • Saleman, Riang Tinggi,
  •  
  • Tanah rawang[3]
  •  
  • Daerah Otonomi
  •  
  • Sungai Pnoh Punggawe Rajo Punggawe Jenang
  •  
  • Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak
  •  
  • Lolo Klambu Rajo;
  •  
  • Lekuk Limo Puluh Tumbi Lempur
  •  
  • Adat di Kerinci menganut sistim Matrilinial, yaitu merunut garis keturunan ibu. Suku seseorang di Kerinci dirunut dari garis keturunan ibu. Harta tinggi dan Sko dipegang oleh "Anak Batino".
  •  
  • Penyebutan "sko" berasal dari kata "saka" yang berarti keluarga atau leluhur dari pihak Ibu. Masyarakat Kerinci menganut sistem kekerabatan matrilineal, yaitu garis keturunan ditarik dari pihak Ibu. Tak hanya itu, sko atau pusaka yang berbentuk gelar dalam tradisi Kerinci juga diturunkan dari kaum perempuan. Begitu juga harta pusaka tinggi berupa rumah dan sawah yang dikendalikan oleh pemimpin adat perempuan[4].
  •  
  • Kedudukan orang di Tanah Kerinci ada beberapa yaitu :
  •  
  • Anak Jantan;
  •  
  • Anak Batino Tuo;
  •  
  • Anak Batino Dalam;
  •  
  • Anak batino umum.

 

Untuk menertibkan administrasi dan tatalaksana didalam rumah tangga maka akan disusun manajemen kepemimpinan sebagai berikut:

 

  • Lembago Dapur
  •  
  • Yaitu keluarga yang masih serumpun dari garis keturunan ibu. Kalau terjadi perselisihan diantara mereka, maka akan diselesaikan secara Lembaga Dapur dengan petugas penyelesaiannya ialah : satu orang Depati, satu orang ninik mamak, dan satu orang anak jantan. Adapun "meh angus" nya ialah Rp. 15,- (lima belas rupiah) atau dikenal dengan sebutan "meh sepetai". Yang diletakkan kedalam cerana atau pinggan dengan beras dan sirih sebuku.
  •  
  • Dalam menghadapi sidang adat kekeluargaan ini dikenal dengan istilah, "Mandang nga tinggi mak nyo rendah, mandang nga gedang maknyo kecik, mandang nga kecik maknyo abih. artinya : suatu masalah yang tinggi agar menjadi rendah, jika masalah itu besar bagaimana usaha untuk direndahkan, dan jika suatu masalah itu kecil bagaimana agar masalah itu dihilangkan dengan cara bermaaf-maafan.[5]
  •  

  •  
  • Lembago Kurung
  •  
  • Lembago Kurung yaitu suku-suku yang tinggal didalam suatu desa. Misalnya, Desa Siulak Gedang, ada 3 Luhah yaitu :
  •  
  • Luhah Temenggung;
  •  
  • Luhah Jagung;
  •  
  • Luhah Sirajo.

 

Jika salah satu anak buah anak kemenakan dari satu suku berselisih paham dengan suku lainnya didalam desa tersebut, maka akan diselesaikan dengan cara Lembago Kurung, yaitu Ninik Mamak dan Anak Jantan dari satu suku tersebut akan diselesaikan dalam "Pusako" atau hukum pusaka dengan Ninik Mamak dan Anak Jantan dari suku lainnya lawannya berselisih. Dalam istilah adat dikenal dengan sebutan :

 

"Bagimano kajinyo? Kalunyo luko kito pampeh, kalunyo mati kito bangun. Lembam balu tepung bada, Bagaimano panyudahannyo? Atehnyo mbuh samo mbuh, atehnyo suko samo suko. Apo banamo kampungnyo? Namo kampung diulu ayie, keruh ayie cingok ka ulu, nyintung ayie cingok ka muaro. Putuh tali surut katambang, putuh iak surut ka muaro. Apo banamo meh angusnyo? Meh sekundi meh angusnyo"[6].

 

Maksudnya, jika terjadi perselisihan bagaimana cara menyelesaikannya? Jika salah satu terluka di pampas, lembam di obati atau di urut, atas dasar suka sama suka, mau sama mau, dilihat pokok asal-usul permasalahannya, baru dihukum menurut pusaka yang telah ditetapkan. Adapun "Meh angusnyo yaitu Meh Sakundi" yaitu Rp. 20,- (dua puluh rupiah) atau dikelan dengan sebut dengan duduk Ninik Mamak.

 

  • Lembago Nagari
  •  
  • Yaitu jika salah satu anak dari desa lain berkelahi dengan salah desa lainnya dalam suatu wilayah adat, maka akan diselesaikan dengan cara Lembago nagari, yaitu yang dikenal dengan istilah duduk depati.  Sebab dalam wilayah adat tersebut di pegang oleh Purbokalo bungkan yang empat, tigo luhah isi nagari. Bagaimana menyelesaikannya? Kita bawa dalam musyawarah "Batang Pusako". Dengan istilah Tabalik lapeh, tasungkut Keno, iyo bayie idak basudah". Disini kedua belah pihak akan berunding dengan sebaik mungkin, meh angusnyo disebut dengan Meh Samaeh Tajam Bakatimban. 
  •  
  • Lembago Alam
  •  
  • Lembago alam ini terjadi ketika perkelahian besar terjadi, bungkan batumbuk samo bungkan, mandapo batumbuk samo mandapo, atau istilahnya Suku Siulak berkelahi dengan Suku semurup, dan lain sebagainya. Penyelesaiannya dilaksanakan secara "Baundang" jika  masalah ini tidak dapat diselesaikan baru diserahkan kepada pihak Berwajib.
  •  
  • TUGAS DAN FUNGSI POKOK INDIVIDU
  •  
  • Anak Jantan
  •  
  • Sko Depati
  •  
  • Depati ialah kepala suku dalam suatu Kalbu, ia merupakan Sko tertinggi dalam sukunya yang diangkat oleh anak batino. Tidak semua anak jantan bisa menjadi Depati. Depati dikenal dengan istilah "Kato Malimpah", Menggan putuh makan habis. Jika Depati sudah bicara A tidak boleh menjadi B.
  •  
  • Sko Ninik Mamak
  •  
  • Ninik Mamak ialah Sko dibawah Depati, ia dikenal dengan orang arif bijaksana, menunjukkan, mengayomi anak buah anak kemenakannya didalam sukunya. Ninik Mamak orang yang mengetahui hal ihwal permasalahan dalam sukunya. Malepeh Pagi manguhung Petang, katanya dikenal dengan kata menyusun.
  •  
  • Hulubalang
  •  
  • Hulubalang adalah sebutan untuk semua anak laki-laki didalam suatu suku yang disebut kalbu. Hulubalang merupakan orang yang berjiwa panas, mudah marah, ia yang menjaga kedaulatan sukunya. Dalam istilah adat dikenal dengan sebutan Hulubalang Tabin Nagari. Ia senantiasa mendengar perintah dan kata-kata Depati Ninik Mamak didalam sukunya.
  •  
  • Anak Batino
  •  
  • Anak Batino Tuo
  •  
  • Anak Batino Tuo ialah seorang Kepala Suku Perempuan dalam suatu suku/kalbu, ia memakai jabatan Salih Anak Batino Tuo yang merupakan koordinator bagi anak batino lainnya didalam mengurus  anak bajantan dan sukunya. Ia juga yang menaikkan Sko kepada Hulubalang yang ditetapkan sebagai pemangku Sko.
  •  
  • Anak Batino Dalam
  •  
  • Anak Batino Dalam ialah anak batino yang menjaga Umah Gedang, dalam bahasa sederhannya ialah anak batino yang mengurus urusan rumah tangga dengan istilah adat "Bakembang lapik bakembang tika, bapiyuk gedang batungku jarang, nantik mendah tibo pagi nepeh mendah lahi petang" artinya "Menyiapkan ruangan untuk acara adat didalam sukunya, menyiapkan makanan ataupun minuman dalam acara adat, menanti tamu dan melepas kepergian tamu.
  •  
  • Anak Batino Sesuku
  •  
  • Selain Anak Batino Tuo Dan Anak Batino Dalam, seluruhnya menjadi anak batino umum yang dilindungi oleh Pemangku Sko dalam istilah adat dikenal dengan "Umah Batiang Batiganai".
  •  
  • CARA DUDUK ADAT
  •  
  • Manggin Teganai Untuk Baralek
  •  
  • Anak Batino menyirih Teganai dengan membungkus sehelai sirih dan sebuah pinang kedalam daun pisang kecil. Dan ketika mengantarkan sirih tersebut kerumah teganai, anak batino berpakaian sopan seperti memakai jilbab dan baju yang menutup aurat.
  •  
  • Menyiapkan makanan ringan seperti gorengan, ketan dan air kopi.
  •  
  • Menyiapkan sirih sebuku, yaitu beras sekitar dua canting yang dimasukkan kedalam cerana/piring, kemudian diletakkan sirih satu ikat, gambir satu ikat, pinang satu ikat, kapur ditambah rokok dua bungkus sebagai pengganti rokok enau dan tembakau.
  •  
  • Suami dari anak batino (uhang simendo) menyampaikan hajat dan maksudnya kepada salah satu Teganai/Ninik Mamak.
  •  
  • Duduk Adat Berunding
  •  
  • Duduk teganai didalam sirih sebuku dimasukkan Meh Sepetai nya Rp. 15,-
  •  
  • Duduk Ninik Mamak didalam sirih sebuku dimasukkan Meh Sekundi  Rp. 20,-
  •  
  • Duduk Depati (duduk tigo luhah) didalam sirih sebuku diletakkan Meh Saameh Rp. 40,-
  •  
  • Meh limo kupang, meh agamo bayarannyo limo rupiah.
  •  
  • Meh pause duo rupiah
  •  
  • Digigit Anjing, Tijak Ranjau, Ditumbu Jawi, adopun bayarannyo masing-masing 
  •  
  • empat kayu kain. Nilai satu kayu kain ialah 250,-
  •  
  • Perselisihan
  •  
  • Rangkang Susun Silang Bapatut 
  •  
  • Perselisihan masih dalam satu suku/kalbu baik antara anak jantan dengan anak batino, maupun anak batino sesama anak batino ataupun anak jantan sesama anak jantan, caranya ialah mengundang dengan sirih para teganai dan anak jantan dalam kalbu/sukunya, lalu diletakkan Sirih tiga buku, hal ini juga berlaku tatkala salah seorang mau membangun rumah di tanah warisan kalbu/sukunya maka dilakukan Rangkang Susun Silang Bapatut. Caranya ialah :
  •  
  • Menyirih Depati Ninik Mamak dan Anak Jantan dalam kalbu/suku nya;
  •  
  • Menyiapkan makanan ringan atau palalu kawo 
  •  
  • Menyiapkan Sirih Tiga Buku :
  •  
  • Cerana/Piring pertama berisi dua canting beras ditambah sirih sebuku, Keris sebilah dan Meh Saameh atau uang Rp. 40.000,- yang disebut Breh Saratuh Kbau Saiku, Milik Depati;
  •  
  • Cerana/Piring kedua berisi dua canting beras ditambah sirih sebuku dan sebuah Gelang Perak beserta Meh Sekundi atau uang Rp. 20.000,-  yang disebut Breh Duo Puluh Kambek Saiku milik Ninik Mamak;
  •  
  • Cerana/Piring ketiga berisi dua canting beras ditambah sirih sebuku dan sebuah Tasbih beserta Meh Sepetai atau uang Rp. 15.000,-  yang disebut Breh Sapinggan ayam saiku milik Anak Jantan/Hulubalang;
  •  
  • Lalu salah satu Ninik Mamak menyampaikan hajat kepada Depati dan Ninik Mamak yang hadir untuk "Mematutkan" atau menyatukan orang yang berselisih paham tadi;
  •  
  • Lalu diadakan acara syukuran/ mendo'a agar jauh dari segala bala dan marabahaya untuk kedepannya.
  •  
  • "MEH ANGUH" DALAM TINGKATAN DUDUK ADAT DI TIGO LUHAH TANAH SEKUDUNG SIULAK-KERINCI[7]

 

Dalam suatu keluarga di Kerinci, memiliki Teganai yaitu kepala suku/kalbu, dan Anak Jantan untuk mengurus permasalahan yang terjadi didalam keluarga maupun suku/kalbu nya.

 

Dalam hal permasalahan, perselisihan dan persengketaan (rangkang dan silang) dalam suatu keluarga, suatu kelompok, maupun suatu kampung di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, maka akan diadakan duduk bermusyawarah dengan beberapa tingkatan adat sesuai dengan situasi dan kondisi masalah yang dihadapi.

 

Pada umumnya adat istiadat di Kerinci ini semuanya sama, namun pemakaiannya yang berlainan, sebagaimana dalam seloka adat disebutkan Adat lata pakai salepeh, pemakaian itu ado barlainan.

 

Jika perselisihan terjadi dalam suatu keluarga yang masih satu rumpun/kalbu (suku/klan), maka hukum adat disini dimulai dari "Namago Lapu" (lembaga dapur) yang terdiri dari Depati seorang, Ninik Mamak seorang, dan Anak Jantan seorang, dalam seloka adat disebutkan Pintu suah samo disuhu (satu pintu sama di tempuh).

 

Dalam perselisihan inilah pungsi Ninik Mamak sangat dibutuhkan yaitu untuk menjernihkan air yang keruh, mengusai benang yang kusut (Rangkang susun silang patut).

 

Sementara itu, jika perselisihan yang terjadi dengan orang lain maka akan berlaku duduk dalam perundingan Namago Kurung, Namago Negeri, ataupun Namago Alam (Untuk penjelasan tentang Namago ini akan diuraikan pada Bab khusus kajian Dasar-Dasar Hukum Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak).

 

"Meh Anguh" yang dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Emas Hangus atau dalam istilah lainnya di Siulak Kerinci disebut "Batu" dalam duduk berunding ialah biaya untuk duduk dalam menyelesaikan masalah.

 

  • Ada tiga jenis Meh Anguh/Batu yang dipakai :
  • Meh sapetai lima belas bentuk cincin

 

Meh sapetai ialah meh teganai/anak jantan, dengan batu nya senilai lima belas bentuk cincin. Cincin maksudnya disini ialah sama dengan uang (alat tukar menukar barang zaman dahulu). Lima belas bentuk cincin ini bernilai Rp. 1.500,- Rp. 15.000,- Rp. 150.000,- Rp.1.500.000,- yang jelas harus lima belas.

 

  • Meh Sekundi dua puluh bentuk cincin

 

Meh sekundi ialah meh Ninik Mamak, dengan batunya senilai dua puluh bentuk cincin. Untuk nilai tukar nya dengan mata uang berkisar Rp. 2.000,- Rp. 20.000,- Rp.200.000, - dan seterusnya tergantung dari permasalahan yang di hadapi.

 

  • Meh Sa ameh empat puluh bentuk cincin

 

Meh saameh ini ialah meh Depati Penghulu, dengan batunya senilai empat puluh bentuk cincin berkisar antara Rp. 4.000,- Rp. 40.000,- Rp. 400.000,- dan seterusnya.

 

Dalam kasus permasalahan yang terjadi di Tanah Siulak jalur hukum adat yang dipakai ialah "Batakah naek bajenjang turun" (ikuti tahapannya), langkah pertama yang dipakai ialah duduk berunding secara kekeluargaan dengan istilahnya duduk anak jantan dengan Meh Anguh nya Lima belas bentuk cincin.

 

Jika tidak bisa dengan duduk Anak Jantan, maka diadakan duduk Ninik Mamak dengan Meh Anguh nya dua puluh bentuk cincin, sedangkan untuk langkah berikutnya Duduk Depati Panghulu Meh Anguhnya empat puluh bentuk cincin.

 

Kegunaan Meh Anguh ini ialah untuk diberikan kepada Anak Jantan, Ninik Mamak, dan Depati yang mengikuti perundingan tersebut.

 

  • Tata Cara Penggunaan Meh Anguh :
  • Duduk Anak Jantan : Beras diisi dalam cerana/piring sebanyak satu setegah canting (canting disini ialah kaleng bekas tempat Susu Indomilk) ditambah tiga genggam, Sirih satu ikat, gambir satu ikat, pinang satu tangkai, dan kapur, ditambah dengan Manek Sebah (Tasbih) beserta dengan Meh Sapetai / lima belas bentuk cincin untuk duduk Anak Jantan;
  • Duduk Ninik Mamak : Beras diisi dalam cerana/piring sebanyak satu setegah canting ditambah tiga genggam, Sirih satu ikat, gambir satu ikat, pinang satu tangkai, dan kapur, ditambah dengan Glang Pihak (Gelang Perak) beserta dengan Meh Sakundi / dua puluh bentuk cincin untuk duduk Ninik Mamak;
  • Duduk Depati : Beras diisi dalam cerana/piring sebanyak satu setegah canting ditambah tiga genggam, Sirih satu ikat, gambir satu ikat, pinang satu tangkai, dan kapur, ditambah dengan Krih Sabilah (Keris Sebuah) beserta dengan Meh Sa Ameh / empat puluh bentuk cincin untuk duduk Depati;
  • Hukuman/Denda Adat

 

Dalam kasus perselisihan di masyarakat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak memakai istilah dalam seloka adat Mandang nga tinggi mak nyo rendah, mandang nga gedang maknyo kecik, mandang nga kecik maknyo abih. (Memandang yang tinggi supaya rendah, memandang yang besar agar ia kecil, dan melihat yang kecil agar ia habis). Hukuman adat yang berlaku memakai denda per kayu kain.

 

Satu kayu kain, nilainya Rp. 25,-(dua puluh lima rupiah). Tergantung masalah yang dihadapi, bisa dendanya 1 kayu kain kecil nilainya Rp. 2.500,- Rp.25.000,- dan 1 kayu kain besar Rp. 250.000,- Rp. 2.500.000,- sedangkan untuk masalah yang dianggap besar maka nilai hukuman atau denda adatnya bisa bernilai, 4 kayu kain besar, 5 kayu kain besar, dan lain sebagainya.

 

  • Naik Banding Persidangan

 

Setelah melalui tahapan perundingan duduk Anak Jantan, Duduk Ninik Mamak, dan Duduk Depati, keputusan masalah tersebut tidak puas diterima oleh yang kalah, maka yang kalah dapat menaikkan banding untuk duduk Sidang Adat yang lebih tinggi, yakni Duduk Adat Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak yang dihadiri oleh Tiga Depati Dominan, yakni Rajo Simpan Bumi dari Luhah Siulak Gedang, Depati Intan dari Luhah Siulak Mukai, dan Depati Mangkubumi dari Luhah Siulak Panjang.

 

Adapun tempat perundingannya ialah salah satu Rumah Gedang Celak Piagam, namun pada zaman dahulu lebih di Rumah Gedang Pasusun Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang, namun untuk sekarang ini sering dipakai di Rumah Gedang Depati Intan Siulak Mukai dan Rumah Gedang Depati Mangkubumi di Siulak Panjang.

 

Adapun Meh Anguh untuk duduk Adat di Tigo Luhah Tanah Sekudung Siulak tentunya membutuhkan biaya yang besar, tergantung masalah yang dihadapi dan resiko dalam pengambilan keputusan tentunya mempertaruhkan Sumpah Karang Satio dan Al-Qur'an tiga puluh juz.

 

  • Meh Anguh Dalam Penerimaan Warga Baru

 

Kerinci merupakan daerah yang mulai berkembang dan tentunya banyak masuk para pendatang yang mau membikin rumah baru, mengontrak untuk berdagang dan berbisnis.

 

Namun setiap daerah mempunyai peraturan adat setempat yang menentukan cara masuk untuk menjadi warga suku/kalbu dalam masyarakat adat di desa setempat.

 

Adapun cara masuk untuk menjadi "Anak Batino" dalam wilayah adat tigo luhah tanah sekudung siulak ada tiga cara.

 

Untuk warga suku/orang lain membuat rumah baru dan menetap di Siulak, atau orang yang mengontrak rumah ada cara masuk dengan:

 

  • Breh saratuh kbau saiku (Beras Seratus Kerbau Satu Ekor) kelebihannya ini orang yang bersangkutan statusnya tidak ada bedanya dengan Anak Batino lain didalam suku/kalbu orang tersebut. Ia mendapat hak dan kewajiban yang sama, jika ia mau membangun rumah maka Teganai akan memberikan tanah tempat rumah, jika ia mau berladang ataupun bersawah teganai akan memberikannya lahan. Namun untuk sekarang ini jarang diberlakukan dengan Breh saratuh Kbau saiku ini, karena lahan untuk perladangan sudah tidak mencukupi lagi.
  •  
  • Breh Duo Puluh Kambek saiku (Beras Dua Puluh Kambing Satu Ekor) ini cara masuk untuk Mencari/Menumpang Depati Ninik Mamak Anak Jantan Teganai Rumah. Orang yang bersangkutan akan dititipkan pada salah satu Teganai dari kalbu yang ada di desa tersebut dan mendapat hak serta kewajiban yang sama. Namun ia tidak berhak menuntut untuk mewarisi harta pusaka dari suku/kalbu yang bersangkutan.
  •  
  • Breh Sapinggan Ayam Saiku (Beras Sepiring Ayam Satu Ekor) ini cara masuk untuk orang dagang/menumpang/mengontrak sementara untuk berdagang/berbisnis. Ia juga mempunyai hak dan kewajiban, hak nya ialah ia bisa mengadu keluh kesah kepada Teganai di desa tersebut, dan mendapat hak jika ada pembagian di desa tersebut.
  •  
  • DASAR-DASAR HUKUM ADAT[8]

 

Manolah urang Besar Empat Balai, 

 

Paratamo Tuan Gedang di Batipuh

 

Kadua Datuk Mandaro di Sungai Tarap

 

Katigo Datuk Mangkudun di Sumanik

 

Kaeempat Tuan Indomo di Saru Aso

 

Kalimo Tuan Kadi di Padang Ganting

 

Orang Besar Empat Balai mencurahkan hukum :

 

  • Hukum Tuan Gedang di Batipuh

 

Seperti mamalu ula dalam beneh supayo ula maknyo mati, ngingatkan beneh jangan balubang, ngiro pamalu jangannyo patah, orang yang mamalu jangannyo rusak.

 

Umpama memukul ular di dalam persemaian supaya ular mati, dan benih padi tidak berlobang, agar pemukulnya tidak patah, dan orang yang memukul tidak celaka.

 

  • Hukum Datuk Mandaro di Sungai Tarap, 
  • Seperti Ayam Putih terbang siang, hinggap di kayu peramuan, kayu tumbuh ditepi jalan ayam tihinggap dipangkan dahan, cenderong mato urang banyak, basuluh kamato hari bagalanggang mato rang banyak, apo putih apo hitam.
  • Bagaikan ayam putih terbang siang, hinggap didahan kayu, kayu tumbuh ditepi jalan ayam hinggap dipangkal dahan, cenderung mata orang banyak, bersuluh ke matahari, bergelanggang dengan mata orang banyak, hitam atau putih.
  • Hukum Datuk Mangkudun di Sumanik 
  • Ada tiga hukum beliau berikan :

 

Hukum Akal

 

Hukum Nik Akal

 

Hukum Ilmu

 

  • Hukum Tuan Indomo di Suaso, 
  • Ada empat hukum beliau berikan :

 

Hukum Bina

 

Hukum Karinah

 

Hukum Saksi

 

Hukum Jaktihat

 

Dari hasil adu pendapat orang besar empat balai, tampaknya belum juga sebenar hukum. Tariklah rambut didalam tepung bagaimana tepung tidak tumpah dan rambut tidak putus. Belum juga sebenar hukum, umpama semut meniti ranting, semut meniti jangan terjatuh, dan ranting yang dititi tidak patah. Belum juga  sebenar hukum, hukum semut dalam buah aro, bagaimana semut tidak mati, dan aro tidak habis. Belum juga sebenar hukum.

 

Hukum padi sebenar hukum, makin berisi makin menunduk, makin tahu makin belajar, makin pandai semakin sering bertanya, jikalau mandi, mandilah dibagian hilir, jika makan, makanlah terakhir, kalau berkata, berkatalah merendah tetapi jangan terinjak. Itu nian sebenar hukum.

 

Hukum Datuk barempat ini jatuh kedalam empat buah Kuto.

 

Paratamo Kuto Gadang

 

Kaduo Kuto Panjang

 

Katigo Sijungek

 

Kaempat Sijunjung.

 

Hukum gajah gedang jangan dipakai, 

 

terasa besar ingin melanda, banyak memiliki racun, kawan yang diberi makan, lambat atau cepat diri sendiri akan mati juga. Hukum kayu tinggi jangan dipakai, terasa tinggi ingin membebani yang rendah, merasa diri panjang ingin meratakan semua, banyak beliung kawan yang memakan, lambat atau cepat akan rebah juga.

 

Hukum padi dipakai nian.

 

Makin berisi makin menunduk, semakin tahu semakin giat belajar, semakin pandai semakin sering bertanya. jikalau mandi, mandilah dibagian hilir, jika makan, makanlah terakhir, kalau berkata, berkatalah merendah tetapi jangan terinjak. Itu nian sebenar hukum, hukum datuk yang empat.

 

 

  • UNDANG YANG EMPAT

 

Undang Luwak

 

Undang Nagari

 

Undang Dalam Nagari

 

Undang 20.

 

  • Undang Luwak

 

Tatkala Alam perperangan, tegaknya tidak terasa ingin melenggang, tidak ada keraguan, terbujur lalu melintang patah, disitu orang membacok tidak memberi pampas, disitu orang membunuh tidak memberi bangun. Artinya Raja Permata Alam.

 

  • Undang Nagari

 

Ada parit yang terbentang, ada sungai ada tepian mandi, ada pasar ada masjid. Ada pasak serta kancing, ada hulu ada duluan, penghulu jiwa negeri, hulubalang perisai negeri, alim ulama obor yang amat terang, air yang amat jernih didalam negeri ini. Elok tapian di orang muda, elok negeri dek orang tua, orang tua penghuni desa, jika beliau hidup tempat bertanya, jikalau beliau mati tempat bersumpah, junjungan hidup tahan di panjat, junjungan roboh tahan di titi, ayam berkokok haripun siang barunya sah negeri ini.

 

  • Empat Tinggal di Luar Nagari, Empat Jatuh Kedalam Nagari :

 

Parit bberbintang dengan pusaka;

 

Halaman bersapu dengan adat

 

Rumah gedang bersendi batu

 

Adat bersendi alur, alur bersendi berhaluan,

 

Bendun berlukis dengan lembaga, lantai berbalapik dengan pusaka,  ditengah tiang panjang yang sebatang, keatas payung kembang sekaki, kebawah lapik buntak paradokan mas, karang setia yang semangkuk, disitu besi terlantak kepapan, disitu dawat terlukiskan kebatu, tidak lekang terkena panas, tidak lapuk terkena hujan, yang di ansak tidak mati, yang dianggung tidak layu. Yang keluar dari bumi, tercurah dari langit, Beku didalam karang setia.

 

Seperti parapatah adat mangatakan :

 

Tujuh kali barangkap pesap, pesap terangkat bawa masero, tujuh kali bumi takirap jangan diansak Karang Satio. Kalu diansak karang satio, lah bah si kandang pampeh lah terampa sekandang bangun, cecak masuk mangkarung masuk,lah ilang luko sepampeh, lah hilang mati babangun, bah tiang panjang yang sebatang, kecut payung ungkeh mangkoto, ilang kurik terendam belang,

 

seperti parapatah adat mengatakan : 

 

Burung Pikau terbang kelangit, tibo dilangit bacarito, hilang pisau timbul panyait, padam tuah cilako tibo.

 

  • Undang yang 20 (Dua Puluh)

 

Undang yang 20 dibagikan dua.

 

Undang yang 8 (delapan).

 

Undang yang 12 (dua belas)

 

  • Undang Delapan. 

 

Undang Delapan itu dibagikan dua : Pertama Empat di layie, Kedua Empat di darat.

 

  • Empat di Darat

 

Lembam bertakuk

 

Lalang menyerumun

 

Pua menyungkut;

 

Sepah melambun

 

  • Undang Empat dilayie ?

 

Lampang sipangilek

 

Layang-layang manyapu buih

 

Beruk gedang sipeninjau

 

Mujuk mangemba batang.

 

Lawannya itu empat pula :

 

Bajambak bajambu aro

 

Tebing balingkek dengan undang

 

Tapian bapago baso

 

Padang bapaga malu.

 

Anaknyo itu empat pulo :

 

Sujek mampe ayie

 

Gunjing diluar kato

 

Asut

 

Fitnah.

 

  • Undang yang 12 itu dibagikan dua ; enam dahulu enam kemudian.
  • Undang enam dahulu

 

Yaitu membakar jalan, tuduh menuduh orang kecurian, curiga-curiga orang kehilangan. Sebab ranting jatuh enggang terebang, sebab rerumputan layu pertanda gajah sudah lewat.

 

Lawannya ada enam pula :

 

Berjalan mencurigai;

 

Berjalan tergesa-gesa;

 

Dibawa pikat

 

Dibawa langau

 

Kena isik kena ayeng

 

Ada orang bercerita.

 

  • Undang yang enam kemudian yaitu:

 

Membawa jalan cemo, seperti datang suatu orang sarangkeh kuning, saruncing tanduk, condong mata orang banyak, yang dijujung tidak ada dan yang dikepit tidak ada, dunsanak tidak saudara bukan, sekarang dia ada melewati tempat itu, orang ada kehilangan, ketemu tidak berbohong tidak, terikat tidak terlilit bukan, dikejar tidak lelahpun tidak, harus dia terkena hukum yang biasa.

 

Lawannya itu enam pula :

 

Pencuri meninggal terpukuli;

 

Musang dapat yang di gonggongnya juga dapat;

 

Terkurung Mati;

 

Diketahui dia berhutang;

 

Bayangan;

 

Karena Allah.

 

  • Undang samun empat perkara :

 

Samun Sidundun Duman

 

Samun Siganti Duman

 

Samun Sibujang Duman

 

Samun Sigajah Duman

 

  • Samun Sidudun Duman?

 

Dalam parit bersudut empat, dilebuh laman tapian, sadundun tepuk dengan pegeh, saiyo yak dengan buih, sakato tuo dengan mudo, sambunyi bujang dingan gadih, itulah Samun sidundun Duman.

 

  • Samun Siganti Duman?

 

Antaro sap dengan baluka, antaro banjar dingan banjar, antaro pelak kapelak, antaro dusun kadusun, antaro Nagari kanagari, dimano rumput lindo disitu darah tapanca, dimano langau mangalanggang disitu bangkai tasulek, tapi bakendak kuju badarah, pedang badarah, seperti parapatah adat mangatokan :

 

Naki bukit paninjau laut, disitu balai buratap ijuk, Kalu ado undang manyungkut, mano talitih nan manunjuk,

 

Ado dih Malayu ngatoka :

 

Kadarat manyandang kembut, Kembut barisi dingan cerai, Kalu ado undang manyungkut, Bulih diintik bulih dikirai, itulah dikatokan Samun Siganti Duman.

 

  • Samun Sibujang Duman?

 

Antaro semak dengan baluka, antaro imbo dingan mindawo, antaro bukit dingan tinggi, antaro luhah dingan dalam, antaro padun ka padun, itulah yang dikatokan Samun Sibujang Duman.

 

  • Samun Sigajah Duman?

 

Tempat Sabahung imbo laheng, jung ado batu badamai,  situlah tanah lebih babagi, disitu urang mauk idak mampeh, disitu urang munuh idak  mumbangun.Kalu pauk baleh pauk, kalu bunuh baleh dingan bunuh, sapo yang jantan ambik baleh, itulah Samun si Gajah Duman.

 

  • Undang Yang 8 (Silapan)

 

Paratamo Sumbang

 

Kaduo salah

 

Katigo tikam

 

Kaempat bunuh

 

Kalimo upeh racun

 

Keenam curi malin

 

Katujuh buk pukau

 

Salapan siur bakar

 

  • Sumbang itu dibagikan duo :

 

Paratamo sumbang besar

 

Kaduo sumbang kecil

 

Arti sumbang besar itu patut dihukum menurut undang-undang  yang biaso.

 

Arti sumbang kecil itu patut dihutangkan menurut adat yang biaso.

 

  • Salah itu dibagikan duo :
  • Paratamo salah besar
  • Kaduo salah kecil

 

Arti salah besar itu patut dihukum menurut undang yang biaso.

 

Arti salah kecil itu patut dihutangkan menurut adat yang biaso.

 

  • Tikam itu dibagikan empat :

 

Paratamo Ditikam dengan senjato yang tajam, yaitu menghilangkan nyawonyo.

 

kaduo ditikam dengan anggoto yang tujuh atau dipukul dengan kayu, atau dilecut dengan bilah, yaitu memberi sakit badannyo.

 

Katigo ditikam dengan perangai atau diupeh, atau diracun yaitu menghilangkan ruponyo.

 

Keempat ditikam dengan sagalo kato, yaitu memberi sakit hatinyo,

 

Seperti parapatah adat mengatokan, gunung hiang gunung cempako, ayie hitam cucu tambesi, pado ditikam dengan kato, baik ditikam dengan besi.

 

  • Bunuh itu dibagikan empat :

 

Paratamo dibunuh dengan sanjato yang tajam, yaitu menghilangkan nyawonyo.

 

Kaduo dibunuh dengan anggota yang tujuh, atau dipukul dengan kayu, atau dilecut dingan bilah, yaitumenyakitkan badannyo.

 

Katigo dibunuh dingan sagalo perangai atau diupeh atau diracun yaitu menghilangkan ruponyo.

 

Kaempat dibunuh dingan sagala Fi'il (perbuatan) yaitu menyakitkan hatinyo.

 

Seperti parapatah adat mangatokan :

 

Meli tebu sungai penuh, numpang ngilang kapundok tinggi, tikam seribu idaknyo munuh, tikam silayang ngan mao mati.

 

  • Kemudian diterangkan pulo lawen undang yang selapan :

 

Paratamo sumbang, lawennyo itu utam teranjang.

 

Ado dih malayu ngato :

 

Jangen-jangen cubo dipakai dibuang, sio-sio utang tumbuh, kurang hasil Nagari alah, lelok kamalin lupo katinggen, tapijak luluh tamakan abih, talucie tinggan, jangen-jangen segan batuik jalan sesat, segan bagalah hanyut serantau, kurang sisik tuneh menyeribu, kurang siang rumput munjadi, untunglah sayo maso itu, mas tacici pulang mandi, jarang tacempung masuk laut, tebu satuntung digerem gajah. Untung mas balik katanjung, uang kambali ka balando.

 

Kaduo Salah lawannyo itu ilo unjum.

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Barakit ilie samurup, tarajun mato rejam, Kami duduk dirumah kami, duduk dengan anak bini, kami, duduk bersenang-senang hati, kalu dudk dengan pambakalu, tegak dingan gawe, kalu ado samo dimakan, kalu idak samo dicari, utang idak piutang idak. Sekarang datang sianu tadi maokan dengah dengan degam, mangirik mangancang lengan, maki same mangamun, mangindek samoe manjinjing, mangutuk same mangintan, apo salah apo idak, salah apo laheng, apo idak laheng. Kalu idak barisi ini mas, mintak ditindih, seperti parapatah adat mangatokan :

 

Masaklah kau buah rimbang, buahnyo maniti ayie, kalu salah mbuh batimbang, kalu utang mbuh mumbayie.

 

Katigo Tikam, lawennyo itu kicuh kucing

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Samabat terbang bakawan, giring-giring dibuku buluh. Banyak sahabat jadi lawan, kanti seiring jadi musuh. Jangen-Jangen  manyuhuk kanti sairing, mananjak kanti sajalan, menggunting dalam lipatan.

 

Bunuh Lawennyo itu Padu Padan.

 

Ado Dih Malayu Nagatokah :

 

Jangen-jangen mangambat baliyung jatuh, anyut batang kebat ka pinggang, wie-wie mintak getah, samubut mintak utang, idak beban batu digaleh, idak anak bini dilukung, jangen-jangen kanti dipauk pedang dengan ilang, tajuan dengan mas. dingan habis keno getah kayu aro mati, keno luluk kandang kebau tinggan makan kuah enggang terebang. Seperti parapatah adat mengatokan "Teluk kati tupang menupang, tatupang bawah mansero, beruk banini tupai bautang, kero tisando karumah rajo.

 

Upih racun lawennyo itu manyurukan budi.

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Jangen-Jangen ngempe bumbun, gunjeng gabin, awak gedang balaku kecik. Awak gepuk mambuang lemak, awak cdik mambuang kawan. manyuhuk kanti sairing, mananjak kanti sajalan, menggunting dalam lipatan.

 

Curi malin lawannyo itu, malin-malin budi.

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Jangen-Jangen  ngalih kato diujung lidah, ngaleh kain dilakang rumah, kaseluk mangurut antau, karawa manecah timbo, ngusut antan manguru lubuk, Seperti parapatah adat mengatokan : Tanah Kampung meli kalapo, urang manebat dalam jerami, pecah kampung bedut karao, jangan sebab karano ini.

 

Buk Pukau lawennyo itu Tipu Tindai

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Jangen-Jangen  masang jerat ntang kecawat unuh, titin galie dalam Nagari, gung gedang duo sigayo, memasang anjau mendun kesik kacimbur gajah mandi. Uro-uro mati tabenam, angkau-angkau kalapen budi, bintang tasirak kasiyeng ahi, jajah tapupu jenang balik, pakaro tunggu dibatin.

 

Siyur Bakar Lawennyo itu Marangkakkan Aka.

 

Ado dih mulayu ngato :

 

Jangen-Jangen manyembah mao kujo, manyerah same mangukun, serah diurang uku diawak, ayam tarambu tali dipijak, ayam bapujo bapegang ikuo, diulu-ulu disintak kembang-kembang di ibat, salah kato adat batal kato serak. Seperti parapatah adat mengatokan, Kecik umbak gedang umbak, kapal lalu kamaro sakai, adat idak agamo idak, mano mbuh anak batino selesai.

 

  • Undang Luko (Undang Besi)

 

Undang balik ka Minang Kabau, taliti ngili ka Banda Jambi, serak ngarubung naik langit, pasko jatuh ka Batang Antau, undang balik ku Alam Karinci.

 

Apo kato adat yang 4 (empat), serat surut talangkah kembali kupu tobat, mangamo menyembah, kusut bausai. Sarang babagi panjang bakerat, buntak bakeping, kalu bauku samo panjang, kalu baideh samo gedang. Jalan barambah kito tempuh, titin tarantang kito titi. Baju bajait kito sarung, manimbak manuju lamat, malantin manuju tampuk, manebang manuju bangka, bakato manuju benar, salah makan dimuntahkan, salah tarik mangambali, salah pakai dipaluluhkan.

 

Masuk undang-undang besi 4 (empat) pulo, patah bakimpen, sumbing bacitut, buruk diganti, ilang basilih.

 

Adopun luko itu dibagikan empat :

 

Partamo ngateh jangat

 

Kaduo kuak daging

 

Katigo putus urat

 

Kaempat incung tulang

 

Adopun pampehnyo itu :

 

Ngeteh jangat 1 (satu) kayu kain

 

Kuak daging 1 (satu) kayu kain

 

Putus Urat 1 (satu) kayu kain

 

Incung Tulang 1 (satu) kayu kain

 

Adopun Luko yang empat itu dibagikan 2 (duo) :

 

Paratamo Luko Tinggi

 

Kaduo Luko Rendah

 

Yang mano dikatokan Luko Tinggi itu?

 

Yaitu yang idak dipalutoleh kain. Adopun pampehnyo itu4 (Empat) Kayu Kain.

 

Yang mano dikatokan luko rendah yaitu 

 

Yang dapat dipalut oleh kain, adopun pampehnyo itu 4 (empat) kayu kain, tapi ado sifat ngan baideh.

 

Adopun yang duo itu dibagikan duo pulo, yaitu empat dilua empat didalam.

 

Yang mano dikatokan empat didalam :

 

Paratamo Bintuk

 

Kaduo Binleh

 

Katigo Kundo

 

Kaeempat Batang

 

Yang mano dikatokan empat dilua :

 

Paratamo Patah gigi

 

Kaduo hilang hidung

 

Katigo sumbing talingok

 

Keempat pecah mato. Yaitu rambang namonyo. Adopun pampehnyo itu Sandaran Bangun.

 

  • Undang-Undang Semendo

 

Kemudian dari pado itu diterangkan pulo undang-undang Semendo.

 

Adopun semendo itu empat baginyo :

 

Paratamo semendo Gajah Gedang

 

Kaduo semendo Kucing Kuruh

 

Katigo Semendo Langau Hijau

 

Kaempat Sumendo kacang Miang

 

Yang Mano dikatokan Semendo gajah gedang

 

Aso gedang nak manando, ngato ka jangat lebih liat, ngatokah tulang lebih gedang : - Makan adat dingan pasko, - Makan cupak dingan gantang. Nak tinggi pado pucuk, nak gedang pado batang, nak lalam dari urat tunggan, nak nampung tekap panghulu, nak nipak batin dibalai, licak deh mahligo guling.

 

Seperti parapatah adat mengatokan : Tuan datuk kasungai ulak, singgah buranti dipinang awan, awak gepuk mambuang lemak, awak cerdik mambuang kawan, itulah semendo gajah gedang.

 

Yang Mano dikatokan Semendo Kucing Kurus :

 

Cinak semut dalam buah aro, idak tau siang dingan malam, idak tau ili ngan mudik idak tau sanak famili, idak tau sanak saudaro. Lah semak jalan kabalai, lah kelam jalan ketapian, lah terang jalan kalapu, ado lang lah ado sawai, pado batino susah payah, bialah badan ndam karam, matilah ayam matilah tunggan.

 

Seperti parapatah adat mengatokan :

 

Karimbo katalang jauh, salimpat didalam padi, kalu kito semendo jauh, kuat-kuat duduk ngan kanti. Itu dikatokan semendo kucing kuruh.

 

Yang mano dikatokan semendo Langau Hijau :

 

Terbang ilie ngan mudik, terbang kiun kamain, kabawah malam balik malam idak tahu badan payah cari bungo sedang kembang, suko main dingan perempuan uhang. Seperti parapatah adat mengatokan, Tuan Petik pai manimbak, kasungai manimbak getah, adat idak agamo idak, manen parangai mbuh barubah. Itulah dikatokan semendo langau hijau.

 

Manolah yang dikatokan Semendo Kacang Miang?

 

Kayu gedang tengah Nagari , daunnyo rimbun ambika tudung, tapi tudung mao ka basah, dahannyo panjang ambikka tungkat, tapi tungkat mao rebah.  Banenyo tinggi tempat bajuntai, tapi tinggi tempat jatuh,Tasinggung kno behnyo, tagisi kno miyengnyo, urang arif bijaksana, urang cdik cendekiawan. Cerdik kacang nak menilit, cerdik jering nak barisi, keling ladeh palito kubang, pijak pilin padang nak lepeh, ngerjokan umbuk dingan umbai.

 

Umbuk umbai urang batang hari, Bujuk jambi tipu palembang, Tibo dipapan nak berentak, Tibo didaun nak siginjek, Tibo diperut nak dikimpih, Tibo dimato nak dipicing. Seperti parapatah adat ngatokan :

 

Kacang pait duo sirangkai,

 

Ditanam diateh kuto,

 

Cerdik plit jangan dipakai,

 

Seumur hidup urang dak pacayo.

 

Itulah dikatokan Semendo Kacang Miang.

 

Lawannyo itu empat pulo :

 

Paratamo Semendo Lantak Balarik

 

Kaduo Semendo Tanggo Rapek

 

Katigo Samendo Ayam Gedang

 

Kaeempat Semendo Ninek Mamak

 

Adopun yang dikatokan Semendo Lantak Balarik :

 

Idak tahu dijurai lain, idak tau dikiri kanan. Itu yang dikatokan semendo lantak balarik.

 

Yang mano dikatokan semendo Tanggo Rapek:

 

Dalam parit basudut empat, idak baruang badurian idak, bajurihnbasaparan, kecik kutu gedang tumo, kecik katuju gedang tarimo. Itulah yang dikatokan Semendo Tanggo Rapek.

 

Yang mano dikatokan Semendo Ayam Gedang Itu ;

 

Iku panjang kapiyat anggah, bukukuk ilie ngan mudik, bakato kiun kamai. Ngato kamagahan ngato ka malahan, kapadang babalik hari, kapadang barulang musap, bagak dikatokan bulih manajam, angan-angan sagadang gunung, tangan balebih sampai idak,  itulah dikatokan Semendo Ayam Gedang.

 

Yang mano dikatokan Semendo Ninek Mamak :

 

Kayu gedang dalam Nagari, daunnyo rimbun tempat bateduh, batangnyo gedang tempat basanda, banenyo tinggi tempat bajuntai, urang urang cerdik cendikiyo, urang arif bijaksano, tahu diadat dingan pasko, tahu dihalal dingan haram, tahu didahan kamanimpo, tahu diranting kamanintang, tahu dikiyeh kato, sampai tegaklah rumah tepi jalan : tempat urang dagang numpang singgah, tempat urang haus mintak ayie, tempat urang lapa mintak nasi, tempat urang ngadukan buruk baik. Itulah dikatokan Semendo Ninek Mamak.

 

Undang bablik ka minang kabau, taliti ngili kabanda jambi, serak ngarubung naik langit, pasko jatuh kabatang  antau, adat balik kualam kerinci, apo kato adat yang empat : serat surut talangkah kembali pado tobat, mangawo manyerebah, salah makan dimuntahkan, salah pakai dipaluluh.

DAFTAR PUSTAKA

  • Pengertian Adat Istiadat Menurut Para Ahli, Macam Hingga Contohnya (gramedia.com)
  • Zarmoni, Dasar-Dasar Hukum Adat Tigo Luhah Tanah sekudung Siulak, Elang Gunung , 2004
  • Kenduri Sko: Pemajuan Kebudayaan Tanah Kerinci - Direktorat Pelindungan Kebudayaan (kemdikbud.go.id)
  • Meh Anguh dalam Tingkatan Duduk Adat di Siulak-Kerinci Halaman 1 - Kompasiana.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun