Ema mencoba meyakinkanku
"Hayuklah Mit, lo juga gak usah terlalu egois, gue tau bener kalau lo sayang sama Feri, lo bener jatuh cinta sama Feri, kalau engga mana mungkin lo bisa nangis seperti malam itu ketika gue telepon lo !"
Lagi-lagi Ema mencoba membujukku.
"Menurut gue ini waktu yang tepat karna kafe Feri kalau jam segini belum ramai, lihat saja parkirannya masih kosongkan !"
Ema terus berusaha membujuk ku.
_____________________
Feri adalah pemilik kafe di sini, awal aku bertemu dengannya ketika aku dan Ema sedang asik ngopi-ngopi, tiba-tiba saja Feri menghampiri kami dan bertanya bagaiman cita rasa kopi di kafenya.
Obrolan berlanjut, Feri pertama kali aku lihat adalah orang yang ramah, dan sangat rendah diri, tidak ada sedikitpun kesombongan dari setiap kata-katanya, meski bisa dikatakan untuk seusianya Feri sudah termasuk mapan.
"Mitha, aku boleh minta No WA kamu ?"
Feri meminta No WA ku ketika aku dan Ema pamit dari kafenya
"Boleh.."