Selesai check in Cindy berkata,“Okay kami hanya bisa mengantar sampai di sini. Paspor dan boarding pass jangan sampe lupa, ya?”
Saya memeluk sahabat saya ini dengan perasaan campur aduk; bahagia, sedih, terharu sekaligus. Betapa beruntungnya bisa memiliki sahabat seperti dia. Saya peluk dia seerat mungkin dengan mata membasah, “Thank you Cin. Aku nggak tau apa jadinya kalo nggak ada kamu.”
“I love you, Yoyoku.” katanya sambil membalas memeluk. Lalu seperti biasa dia mencium dua pipi saya dan yang terakhir ciumannya kembali jatuh di bibir. A Koh dan Mama melihat peristiwa itu tapi untunglah mereka tidak bertanya apa-apa sehingga saya juga tidak perlu repot-repot mencari jawaban.
Pengalaman hamil dan melahirkan ternyata memberi banyak sekali pelajaran tentang hidup. Mempunyai anak ternyata memberikan perasaan luarbiasa yang sangat sulit untuk dijelaskan. Kalau orang bertanya pada saya, ‘bagaimana rasanya punya anak?’ Saya yakin tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan hal itu. Kenikmatan punya anak sama sekali tidak bisa diceritakan. Kita harus punya anak sendiri, barulah kemudian mengerti rasanya. Memiliki anak telah membuat level saya meningkat dari seorang perempuan biasa menjadi seorang ibu. Sang Budha pernah berkata, “Ketika seorang bayi terlahir, maka lahir pula seorang ibu.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H