Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cindy Sang Dewa Penolong

16 Agustus 2016   15:14 Diperbarui: 17 Agustus 2016   04:04 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“No worries. We are fine.” sahut Cindy ketus.

Hidup adalah tentang membahagiakan orang lain. Saya bersyukur ternyata Tuhan mendengar doa saya. Akhirnya Cindy mengajak saya untuk tinggal bersamanya di Long Island. Dia bersama suaminya menjalankan usaha Travel di sana. Saya bersyukur sekali dia bersedia menampung saya di rumahnya. Saya tau Budha akhirnya turun tangan melalui Cindy untuk menolong saya.

Long Island adalah sebuah pulau di negara bagian New York. Luasnya 3567 km² dengan panjang sekitar 190 kilometer dan lebar sekitar 27 kilometer. Populasi penduduknya kira-kira 7,536 juta jiwa. Pulau ini merupakan pulau terpadat di Amerika Serikat. Secara administratif pulau ini dibagi menjadi empat county. County itu mungkin artinya hampir sama dengan kabupaten kalau dalam bahasa Indonesianya.

Suami Cindy nama lengkapnya adalah Mark Anderson. Dia orang yang sangat menyenangkan. Tingginya sekitar 182 cm. Rambutnya coklat dengan kumis tipis yang terpelihara dengan baik. Setiap minggu sore, bersama dengan Cindy, Mark juga mengajar Wushu pada anak-anak tanggung di halaman rumah mereka.

Mark ikut sibuk mengurus kehamilan saya. Dia membeli popok, kereta bayi, baby chair, baju bayi dan lain-lain. Naluri seorang ayah yang gagal karena isterinya keguguran, dia lampiaskan ke jabang bayi yang ada dalam perut saya. Saya sering terharu melihat dia sibuk mengurut-urut punggung saya ketika saya mual dan memuntahkan semua isi perut ke dalam kloset. Dengan sigap dia membuatkan sup dan teh panas untuk membuat perut saya terisi kembali.

Dan yang menyenangkan, saya ternyata bisa bekerja membantu Cindy di perusahaan travelnya. Kadang saya membantu di bagian administrasi, kadang saya juga berfungsi sebagai tour guide. Intinya adalah saya bisa menghidupi diri saya sendiri. Betul apa yang dikatakan sebuah wisdom 'God always work in mysterious way' Saya yang drop out dari sekolah Travel and tourism justru mendapat pekerjaan sesuai dengan cita-cita saya.

Ketika hari H tiba, diantar oleh Mark dan Cindy, saya pun pergi ke Eastern Long Island Hospital. Letaknya cuma 15 menit berkendara dengan mobil dari rumah Cindy. Meskipun menyadari bahwa proses persalinan normal itu sakit, saya tetap memilih persalinan normal. Sebagai perempuan yang memilih untuk mempunyai anak, rasa sakit adalah resiko yang harus saya tempuh. Jika takut pada rasa sakit, tidak usah punya anak. Atau kalau mau, kalian bisa minta dokter melakukan operasi caesar.

Sejak masih SD kita sering dijejali wejangan agar kita berbakti pada ibu. Alasannya seorang ibu telah melalui penderitaan yang hebat karena mengandung kita selama 9 bulan. Ibu harus menghadapi kesakitan yang luarbiasa ketika kita dilahirkan. Dan nasihat itu sampai sekarang belum juga berhenti. Masih sangat sering saya terima nasihat seperti di atas, entah melalui email berantai atau aplikasi chatting lainnya.

Dulu saya sangat terpengaruh oleh derita ibu tersebut. Saya sulit membayangkan bagaimana perut ibuku ditusuk dan diiris dengan pisau tajam karena beliau harus melahirkan saya secara caesar. Saya berpikir, betapa luarbiasanya pengorbanan seorang ibu bagi kita. Dia rela menanggung nyeri yang teramat sangat bagi anak-anaknya.

Tapi pemahaman tersebut sekarang berubah. Saya sekarang sudah menjadi seorang ibu. Dan bisa saya katakan bahwa semua nasihat tentang pengorbanan seorang ibu adalah keliru besar. Kenapa pemikiran saya berubah? Karena selama mengandung 9 bulan, saya tidak merasakan ada pengorbanan. Sayalah yang ingin hamil. Sayalah yang ingin punya anak. Dan ketika akhirnya saya mengandung, tak ada rasa tersiksa sama sekali. Mengandung buat saya adalah masa yang sangat indah dan jauh dari penderitaan.

Mengusap perut ketika hamil adalah quaity time yang saya lakukan bersama si bayi. Saya senang sekali bisa merasakan pertumbuhannya. Saya bahagia sekali ketika babyku menendang perut dari dalam, seolah dia tak sabar untuk mengajak ibunya bermain bola. Saya sering menangis sendiri karena dilanda kebahagiaan semasa kehamilan. Percayalah... masa kehamilan itu penuh keindahan. Bohong besar kalau ada yang bilang itu pengorbanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun