Setiap liburan semester, aku selalu pulang ke Ketapang. Putraku menolak saat bertemu ibundanya. Sepertinya putraku itu tidak mau menerima kehadiran ibunya, karena khawatir akan ditinggal lagi .Memang ibunya cuma singgah sebulan dan pergi lagi untuk kuliah. Perlu waktu dua tahun untuk yakinkan putraku kalau aku pergi untuknya. Akhirnya dia bisa menerimanya di usianya yang ke-4 tahun.
Saat putraku mulai menerimaku, tidak lama kemudian adiknya yang tidak direncanakan muncul saat ibunya belum lulus kuliah S-2. Aku dan suamiku kadang janjian bertemu di Ketapang, karena selama aku di China, suamiku di Jakarta. Aku selalu terbang ke Malaysia untuk ke Ketapang sehingga tidak pernah singgah ke Jakarta. AIR ASIA pilihanku untuk menghemat.
Aku membawa janin dari umur 3 minggu hingga 8 bulan di perut untuk kuliah lagi. Tinggal di asrama di lantai 5, tanpa ada lift dimana setiap hari harus mondar mandir dalam keadaan perut makin membesar. Dosen pembimbingku mengusulkan aku cuti 1 tahun dan Kembali saat melahirkan. Aku menolak karena aku yakin aku bisa selesai. Dosenku menyerah dan berjanji akan membantuku.
Menjelang kelulusan buat menambah uang membeli mainan anak, aku berjualan baju-baju bekas di halaman kampus. Setiap hari menenteng koper berisi baju - baju bekas.
Aku beruntung karena teman-teman Afrika (mahasiswa S3) yang tinggal seasrama denganku membantuku dalam jualan dan angkat-angkat koper. Saat jualan, aku pernah tertipu diberi uang palsu.
Saat mau melahirkan, aku akhirnya memilih di Jakarta karena aku tidak punya saudara di Xiamen. Untunglah aku kuat naik pesawat dengan kondisi hamil 8 bulan. Setelah melahirkan aku wajib Kembali untuk menyelesaikan kuliah S-2 di Xiamen University.
Sang adik diharapkan bisa bergabung dengan abangnya. Tetapi rencana tidak semulus yang diinginkan Sampai di Ketapang, aku demam berdarah, sedangkan sang adik malaria. Fisikku tidak kuat menulis thesis sambil mengurus bayi yang butuh ASI.
Malaikat maut sudah menjemputku, cahaya terang menghampiriku dan mengajakku ke ujung cahaya. Logikaku tiba-tiba mengatakan bayiku masih butuh aku. Aku berbicara ke Sang Cahaya untuk membawaku saat putriku sudah dewasa.
Aku dan putriku selamat dan dengan terpaksa si adik harus terbang ke Solo. Tawaran Cici dan Kakak Ipar pemilik Nakamura untuk mengurus bayiku tidak bisa kutolak. Aku tidak punya pilihan.
Putriku pada usia 4 bulan jadi putri Solo sambil menunggu ibunya menjemput kembali. Pikiran ini kocar - kacir, tetapi aku tetap harus berkepala dingin. Hanya dengan tenang aku bisa menghadapi semuanya.
Anak- anak terpisah . Tapi keyakinan bahwa ini adalah jalan Tuhan. Keyakinan semua akan baik-baik saja. Keyakinan akan bersatu setelah lulus S-2. Tekad pengorbanan ini tidak boleh sia-sia. Semua yang diawali harus diakhiri. Kesadaran ini adalah jalan hidup yang dipilih membuat ibu 2 anak ini semangat lagi menyelesaikan kuliah S-2.