KULIAH S-1 SASTRA CHINA
Setelah lulus SMA, aku memilih kuliah accounting. Tapi ingin belajar psikolog. Juga ingin belajar seni desain. Namun nasib mengantarku kuliah jurusan Sastra China di Universitas Darma Persada Jakarta Timur. Pasalnya, papaku yakin Republik Rakyat Tiongkok akan menjadi negara adidaya.
Papaku ingin seorang anaknya bisa berbahasa Mandarin, sehingga minta ciciku (mahasiswa Sastra Jepang, Universitas Indonesia) mendaftarkan aku kuliah S-1 Sastra China di Universitas Indonesia. Tetapi aku gagal tes masuk di Universitas Indonesia karena Bahasa Inggrisku tidak memenuhi syarat kelulusan, akhirnya aku masuk Universitas Darma Persada September 1993. Saat sudah kuliah setahun, papa minta aku pindah ke Beijing, karena aku kurang serius. Aku sibuk berbagai kegiatan. Progresku lambat dibanding langsung kuliah di Beijing.
Aku berontak karena aku sayang dengan teman-temanku. Aku minta ijin untuk menyelesaikan kuliah di Universitas Persada Jurusan Sastra Mandarin. Aku berjanji bisa lulus tepat waktu yaitu dalam waktu 4 tahun.
Selama kuliah aku selalu aktif, antara lain sebagai ketua himpunan, Menwa (resimen mahasiswa), pencinta alam dll. Teman-teman tahu aku jarang di kampus. Ajaibnya aku selalu dapat beasiswa. Aku selalu ikut lomba di Universitas Indonesia. Tiap semester gratis uang kuliah.
Lumayan tabunganku menjadi banyak, karena aku jaga nilaiku, supaya bisa discount 30% naik pesawat Merpati untuk pulang kampung tiap tahun Selain itu aku jadi asisten dosen. Dosenku adalah Ketua Program Studi Sastra China , Beliau juga pembimbingku saat aku menulis skripsi linguitik .Oleh karena aku cinta sekali mata kuliah linguistik, aku juga cinta sejarah makanya aku mengambil sks (satuan kredit semester) sebanyak-banyaknya. Total 152 sks dari kewajiban 146 sks.
Masa-masa kuliah S-1 bagiku harus banyak explorer dan tidak terpaku belajar di kelas. Sehingga aku yang jarang kuliah, Tapi bisa menjadi asisten dosen, penerima beasiswa serta lulus tepat waktu. Dari sekitar 30 teman mahasiswa sekelas yang lulus 4 tahun hanya 2 orang
aku dan teman baikku.
Dia juga kompetitorku dalam nilai. Kami selalu adu nilai tertinggi. Saling mendukung untuk berprestasi. Teman-teman yang lain karena terhambat skripsi sehingga tidak bisa lulus tepat waktu. Aku dan sahabatku diwisuda pada tanggal 18 September 1997.
Aku mengerjakan skripsi hanya dalam waktu sebulan, karena Tuhan membimbingku. Setelah lulus kami sepakat kuliah di Beijing, Tiongkok pada Februari 1999. Karena masih ada beberapa bulan dari keberangkatan, aku memilih tetap mengajar di SMIP Paramitha Kalimalang, Jakarta Timur.
Aku mengajar bahasa Mandarin untuk kelas 2 dan 3 SMK Pariwisata, Jakarta Timur. Ada sekitar 50 siswa/i dalam satu kelas. Mereka memanggilku “cici”. Kadang kala aku digoda oleh siswa SMA. Aku hanya tertawa, bagiku mereka itu lucu.
RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
Sayangnya fisikku tidak kuat. Tiap hari berangkat dari rumah di daerah Puri Gardena Kalideres, Jakarta Barat ke Kalimalang, Jakarta Timur. Berangkat pukul 5 subuh dengan 3 kali angkot. Plus jalan kaki ke sekolah. Tanpa sarapan langsung mengajar. Setelah 3 bulan terserang typhus.