Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki yang Tidur di Jalanan

18 April 2011   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

yang ada di pikiranku hanya satu...

menyusul matahariku yang satunya....

matahariku yang mungil.

Aku terdiam. Kupandangi langit sore yang berwarna keemasan. Tanganku yang dekil kuusapkan pada pipiku yang berair.

***

Aku tersenyum pada wanita paruh baya yang penjaga kamar mandi umum di sebelah masjid yang biasa kudatangi. Disana selain menjaga kamar mandi umum, dia juga membuka warung kecil-kecilan.

Kutaruh uang dua ribu di atas etalasenya tanpa bicara apa-apa. Ketika aku hendak masuk ke kamar mandi suaminya menegurku.

"Mas," panggilnya. Aku menoleh sedikit, tetap tidak bicara apa-apa.

"Saya dengar Mitha meninggal.... saya turut berduka cita," katanya lagi.

Aku hanya mengangguk. Kulangkahkan kaki menuju ke bilik-bilik kamar mandi. Aku tidak butuh simpati dari siapapun, kataku dalam hati.

berjuta-juta simpati dari siapapun, tidak akan pernah menghidupkan Mitha kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun