Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki yang Tidur di Jalanan

18 April 2011   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bintang tidak menjawab.

"Pernah beberapa kali...buat laki-laki.. itu hal yang sulit ditahan.."

"Aku tidak mengerti," kata Bintang.

"Tidak usah dimengerti.. Apa kamu masih ingin kunikahi setelah tahu aku pernah melakukan hal seperti itu?"

Bintang mengangguk.

***

tidak lama setelah sebulan semenjak perkenalan kami, aku pun menikahinya secara siri. Penjaga kamar mandi umumlah yang mengenalkanku pada pemuka agama yang dikenalnya. Aku menikah dengan mahar uang seratus ribu.

kami bahagia. Apalagi semenjak kehadiran anak kami, kami menjadi lebih bahagia. Tapi ada yang sedikit membuatnya sedih.. Anak kami lahir tidak normal. Matahariku, tuli..

Ya.. matahariku tidak bisa mendengar hingar bingar dunia.

"Kenapa...kenapa aku tidak bisa melahirkan anak gadis yang sempurna..Kenapa untuk makan saja begini susah.. kenapa aku harus dilahirkan menjadi aku yang sekarang ini??"

"Bisakah kamu tidak menyalahkan diri sendiri? Ini semua sudah kehendak Tuhan.."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun