Mohon tunggu...
yeni purnama
yeni purnama Mohon Tunggu... -

apa nich

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki yang Tidur di Jalanan

18 April 2011   09:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Andai aku tidak menikah denganmu...andai aku.." Bintang menangis. Aku juga menangis dalam hati. Aku tidak bisa memberi kebahagiaan padanya. Bahkan membuatnya menyesal.

Kemudian suatu malam. Bukan malam yang aneh. Malahan cuaca cerah dan menyenangkan, Bintang menghilang entah kemana.

Anakku pun, Matahari yang cantik itu.. tertabrak kereta ketika sedang bermain-main di pinggiran rel kereta.

Sempurna.. sempurna bukan???

***

Aku memesan tiga bungkus nasi goreng. Yang satu kumakan sendiri dan yang dua bungkus aku berikan pada anak-anak jalanan yang suka mengamen di bus.

Setelah kenyang aku menuju ke stasiun kota. Aku terus berjalan menyusuri rel kereta api hingga hampir mencapai stasiun jayakarta.

Malam itu pun masih seperti malam sebelumnya. Cerah.

DAri kejauhan terlihat lampu kereta yang cemerlang.

Mirip seperti mata Bintang yang cemerlang, dan mirip seperti senyum Matahari yang terang..

kutatap lampu kereta api. Beberapa ratus meter lagi mungkin kereta itu akan sampai ke tempatku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun