yang ada di pikiranku hanya satu...
menyusul matahariku yang satunya....
matahariku yang mungil.
Aku terdiam. Kupandangi langit sore yang berwarna keemasan. Tanganku yang dekil kuusapkan pada pipiku yang berair.
***
Aku tersenyum pada wanita paruh baya yang penjaga kamar mandi umum di sebelah masjid yang biasa kudatangi. Disana selain menjaga kamar mandi umum, dia juga membuka warung kecil-kecilan.
Kutaruh uang dua ribu di atas etalasenya tanpa bicara apa-apa. Ketika aku hendak masuk ke kamar mandi suaminya menegurku.
"Mas," panggilnya. Aku menoleh sedikit, tetap tidak bicara apa-apa.
"Saya dengar Mitha meninggal.... saya turut berduka cita," katanya lagi.
Aku hanya mengangguk. Kulangkahkan kaki menuju ke bilik-bilik kamar mandi. Aku tidak butuh simpati dari siapapun, kataku dalam hati.
berjuta-juta simpati dari siapapun, tidak akan pernah menghidupkan Mitha kembali.