Bintang tidak menjawab.
"Pernah beberapa kali...buat laki-laki.. itu hal yang sulit ditahan.."
"Aku tidak mengerti," kata Bintang.
"Tidak usah dimengerti.. Apa kamu masih ingin kunikahi setelah tahu aku pernah melakukan hal seperti itu?"
Bintang mengangguk.
***
tidak lama setelah sebulan semenjak perkenalan kami, aku pun menikahinya secara siri. Penjaga kamar mandi umumlah yang mengenalkanku pada pemuka agama yang dikenalnya. Aku menikah dengan mahar uang seratus ribu.
kami bahagia. Apalagi semenjak kehadiran anak kami, kami menjadi lebih bahagia. Tapi ada yang sedikit membuatnya sedih.. Anak kami lahir tidak normal. Matahariku, tuli..
Ya.. matahariku tidak bisa mendengar hingar bingar dunia.
"Kenapa...kenapa aku tidak bisa melahirkan anak gadis yang sempurna..Kenapa untuk makan saja begini susah.. kenapa aku harus dilahirkan menjadi aku yang sekarang ini??"
"Bisakah kamu tidak menyalahkan diri sendiri? Ini semua sudah kehendak Tuhan.."