"Eh, enggak om. Cuman..., kebelet mau ke toliet!" dalihnya, "ya udah, ayo. Sekalian ganti baju!" mereka pun berganti baju lalu makan bersama. Sementara Rocky harus kembali terjebak bersama Nancy, Dimas berkumpul di Bengkel Gio. Membantu di sana.
Wajahnya di tekuk terus, bahkan yang biasanya ramah dengan pelanggan, ini..., asem terus wajahnya. Membut teman-temannya saling tanya. Ketika mulai sepi, Bayu menghampirinya.
"Kenapa bro?" tanyanya duduk di sisinya,
"Kesel!" sahutnya.
"Kita juga tahu, kamu lagi kesel. Tapi keselnya tuh kenapa?"
Dimas menunduk, meremas lap di tangannya, "papa ngejodohin aku sama anak temennya!" sahutnya, Bayu mengernyit, "di jodohin, bukanya sebelumnya papa kamu cuek-cuek aja?"
"Nah itu dia..., sepertinya teman-temannya tuh ngomporin papa biar papa jodohin aku!"
"Wah, parah dong kalau gitu. Terus.... Sonia gimana?"
Dimas menatap Bayu, tak memberi sahutan apapun. Tatapannya bebar-benar seperti putus asa, Bayu memahami itu. Tanpa ada campur tangan papanya pun Dimas sudah mendapat halangan mendapatkan hati Sonia dengan munculnya Rocky, apalagi ini..., pakai ada acara perjodohan.
"Kenapa kmau nggak telepon Sonia aja, atau..., datang aja ke kost. Siapa tahu dia udah pulang!" saran Bayu, Dimas menatapnya. Lesu.
"Di, cinta itu perlu di perjuangkan. Kan si Rocky udah bertunangan, sama anaknya om Hardi lagi. Kesempatan kamu jauh lebih besar, apalagi..., aku lihat sepertinya Sonia juga suka kok sama kamu!"