"Kebetulan, belakangan kamu susah banget di temuin. Selalu ada aja alasan, aku kan kangwt banget sama kamu!" kata Nancy menggelayut di lengannya. Rocky sedikit membuang muka, Hardi menatapnya tajam. Jika Rocky bukan anak Danu, dan jika Nancy tidak amat sangat mencintai pemuda itu, mungkin ia sudah menghajarnya habis-habisan. Tapi demi kebahagiaan putrinya, ia akan lakukan apapun.
"Kalau gitu, aku ganti baju dulu ya!" seru Nancy dengan nada manjanya lalu berlari menaiki tangga, sementara mata Rocky kembali bertatapan dengan Hardi. Kali ini lebih melembut, bagaimana pun Hardi Subrata adalah teman baik papanya, ia harus menghormatinya.
Sonia bermain speedboat dengan Edwan setelah di bujuk habis-habisan. Mereka keluar dari benda itu setelah puas bermain, "bagaimana, tidak mabuk laut kan?" canda Edwan dengan tawa ringan.
"Tapi dikit pusing om!" sahutnya dengan memegang sisi kepalanya, "om jahat banget sih, paksa-paksa aku buat..., ikut naik gituan!" kesalnya. Edwan tertawa, "ya udah, kita ganti baju..., dan sebagai gantinya....om traktik makan deh!"
"Kalau traktir makan biasa om,"
Edwan mengernyit, "terus, kamu maunya apa. Traktir yang lain?" tanyanya, "harusnya om itu di hukum!" sahut Sonia. Edwan membelalak, lalu kelaur tawa kecil dari mulutnya, "di hukum?" tukasnya. Sonia tak menyahut, malah sedikit membuang muka pura-pura ngambek. Entah kenapa ia merasa senang sekali bersama om Edwan.
Edwan menggeleng pelan menatapnya, "ok, siapa takut!" katanya menyanggupi. Sonia kembali menatapnya, "hukuman apa yang bakal kamu ksih ke om?"
"Aku cuma bercanda kok om, lagian..., aku juga laper sih!" katanya sedikit memerah. Edwan tertawa lagi, dan itu justru membaut Sonia cemberut, "kok om tertawa terus sih?"
"Tidak, hanya..., sudah lama aku tertawa seperti ini. Terima kasih ya,"
Sonia menatapnya. Ini memang aneh, tapi ia benar-benar suka berada di dekat pria ini. Nyaman, dan mereka bisa tertawa bersama. Tapi.., kalau istri om Edwan tahu suaminya tertawa bersama gadis muda seperti dirinya, pasti akan marah besar! Dan itu membuat Sonia tiba-tiba merubah mimiknya. Menyadari hal itu, Edwan pun melenyapkan tawanya.
"Kamu kenapa?"