"Hanya iseng, kurang kerjaan!" candanya, itu membuat Sonia tertawa ringan, "orang seperti om bisa kurang kerjaan juga?" sahutnya,
"Kenapa tidak!" balas Edwan dengan senyuman. Ia juga menikmati tawa ringan dari gadis di depannya, ada sesuatu yang aneh yang ia rasakan mulai merayapi hatinya. Entah kenapa ia merasakan hal itu setelah puluhan tahun tak pernah ia rasakan terhadap wanita manapun setelah cinta pertamanya kandas, bahkan selama ini ia sudah lupa akan perasaan seperti itu. Dan perasaan itu kembali muncul setelah ia bertemu dengan gadis yang kini hanya berada satu meter darinya, gadis yang lebih pantas menjadi putrinya.
"Om sendirian?" tanya Sonia sedikit menyentak lamunannya, "eh, iya..., aku..., sendiri. Apakah..., tadi kamu bersama Rocky?" tanyanya,
"Om bertemu dengannya?"
"Hanya melihatnya di parkiran, tak sempat menyapa malahan!"
"Ouh!" Sonia menyilakan rambutnya ke belakang telinga, ada beberapa helai yang terlepas dari ikatannya. "oya. Kamu sama Rocky..., pacaran?"
Senyuman Sonia menghilang seketika, "a-eim..., nggak juga sih om. Tapi...," ia menghentikan kalimatnya, "kelihatannya dia suka sama kamu!" potong Edwan. Sonia menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya. Sementara Edwan masih asyik menatapnya.
"Apakah Sonia tahu kalau Rocky sudah bertunangan?"Â
Edwan membatin dalam hati, kian lama ia menatap gadis itu. Kian ia teringat akan seseorang.
Sementara Erik mengantar Aline ke basecame, tempatnya berlatih breakdance dengan teman-temannya. Ia menatap gadis itu berlatih. Gadis belia yang feminin, yang ia pikir gadis manja ternyata cukup enerjik melakukan breakdance. Ia senyum-senyum sendiri menatapnya.
Selesai itu, Aline segera menghampiri Erik, "nungu lama ya kak, maaf ya!" katanya, Erik tersenyum lembut, "nggak apa-apa kok, kirain..., kamu bisanya cuma dandan doang!" candanya.