"Kakak kan cantik, pasti banyak yang suka!" entah kenapa seperti terselip nada cemburu dalam kalimatku, kak Lana duduk di sampingku, menatapku semakin dalam.
"Untuk apa, kan sudah ada kamu!"
Pipiku merona, ku rasakan jemarinya yang lentik dan halus itu meraba wajahku, "Rita, kamu cantik sekali!" pujinya lagi, kali ini kak Lana tak membiarkan aku bernapas, dia langsung saja merenggut bibirku dengan ganas, aku kelagapan di buatnya. Tapi anehnya aku tak lagi melawan, bahkan terkesan membalas. Setelah itu dia melepasku dan menatapku lembut, ku rasakan pipiku makin panas, mungkin wajahku sudah benar-benar seperti kepiting rebus.
Sejak itu kami jadi sering bertemu, bahkan kak Lana sering menjemputku di kampus jika sedang free. Hubungan kami terjadi begitu saja hingga tak terasa sampai aku mendapatkan gelar sarjanaku dan membantu bisnis ayah. Hingga suatu hari....,
Aku melonjak kaget saat keluar kamar mandi karena ku dapati Lucky ada di dalam kamarku, langsung saja aku melotot dan membentaknya, "sedang apa kamu di kamarku?"
"Cuma iseng!"
"Keluar!"
"Jangan galak-galak, dulu kamu tidak segalak ini!"
"Keluar atau aku akan teriak!"
"Teriak saja, sekalian nanti aku kasih tahu ayah seperti apa putri kesayangannya!" ancamnya, mataku melotot menatapnya, Lucky tersenyum nakal, "kamu pikir aku nggak tahu apa yang terjadi antara kamu dan Lana," aku makin melotot padanya, "aku kenal Lana, aku tahu dia seperti apa. Aku hanya tidak menyangka kalau ternyata alasan kamu selalu menolak aku itu karena kamu sama seperti Lana, aku jadi nyesel....pernah mengoda kamu. Mungkin aku memang brengsek, tapi setidaknya aku masih laki-laki normal!" cibirnya.
Ingin sekali ku tampar mukanya, tapi apa yang di katakannya aku benarkan. Terlihat sekali Lucky begitu menikmati ekspresiku, "tapi jangan kuatir, aku tidak akan membocorkan rahasia ini pada siapapun. Tapi tidak gratis, harus ada honor tutup mulutnya, gimana?"