Pulang bersama Lucky, aku sudah bergidik duluan. Aku yakin dia yang mengusulkan hal itu untuk mencari kesempatan, melihatku diam ayah berbicara lagi, "ayah tidak mungkin mengijinkanmu pulang sendiri, ini sudah cukup larut. Atau....kamu mau ikut menginap.
"Biar aku saja yang mengantarnya pulang!"
Semuanya menoleh, itu suara kak Lana. Berjalan ke arah kami, "karena mungkin Lucky juga akan berbelok ke arah lain, aku takut dia tidak akan membawa Rita sampai ke rumah!" cibirnya, muka Lucky langsung memerah, dia hendak membuka mulut untuk protes tetapi ketika melihat kakaknya melotot nyalinya jadi menciut. Dan itu juga membuatku takut.
Akhirnya aku memang kembali satu mobil dengan kak Lana, sementara Lucky entah pergi kemana. Mungkin karena kecewa ia jadi mencari hiburan lain. Selama perjalanan pulang jantungku tak berhenti dag-dig-dug, tanganku sedikit gemetaran, aku sama sekali tam berani menoleh pada wanita cantik di sampingku. Karena mungkin jika kami bertatapan desiran itu akan muncul lagi. Aku tak tahu kenapa, mungkinkah.....aku jatuh cinta padanya?
Ku gelengkan kepalaku, menampik pemikiran gila seperti itu, mungkin aku hanya mengaguminya saja! Ku tegaskan pada diriku sendiri. Setelah menurunkan aku, ku pikir dia akan turun dan ikut masuk tetapi dia hanya menatapku saja.
"Kamu jangan takut begitu dong, aku tidak akan menyakiti kamu kok. Sudah, masuk sana. Kunci pintu kamarmu kalau tidak mau Lucky mengintipmu!" pesannya lalu melesatkan mobilnya dengan kecepatan tinggi, sepertinya dia juga cukup tahu bagaimana adiknya itu.
Minggu berikutnya....,
Seperti biasa aku menghabiskan hari minggu dengan bersantai di rumah saja, membaca buku atau nonton film. Aku memang mendengar bell berbunyi, kali ini mbok Inem yang membuka pintu karena aku lagi asyik nonton film romance. Tiba-tiba saja aku di kejutkan dengan sebuah kecupan di pipi, seketika tubuhku melonjak dan menoleh padanya.
"Asyik banget sampe tidak tahu aku datang!" bisiknya,
"Mama lagi pergi kak,"
"Siapa yang nyari mama sih!"