Mohon tunggu...
Y. Airy
Y. Airy Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Hanya seseorang yang mencintai kata, Meraciknya.... Facebook ; Yalie Airy Twitter ; @itsmejustairy, Blog : duniafiksiyairy.wordpess.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kakakku, Kekasihku

12 Oktober 2015   13:21 Diperbarui: 12 Oktober 2015   14:09 2065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu berikutnya dia datang lagi, kali ini semua orang ada di rumah karena mama Linda berulang tahun. Kebetulan acaranya di adakan di sebuah gedung, rencananya kami akan berangkat bersama. Karena kak Lana bawa mobil sendiri jadi dia menawarkanku untuk naik mobilnya saja biar mobil ayah tidak kepenuhan. Benar juga sih, aku juga sedikit malas satu mobil dengan Lucky karena dia pasti akan menyusulku duduk di jok paling belakang, lalu melancarkan aksinya.

Kali ini kak Lana memakai gaun purple yang cantik, membuat kulit putihnya menjadi semakin bersinar. Tubuh sintalnya benar-benar menggoda setiap mata yang memandang, bahkan Lucky sebagai adiknya saja sampai menelan ludah menatapnya. Tapi segera saja di acungi kepalan tinju oleh kakaknya itu hingga langsung mengalihkan pandangannya. Tak ku sangka ternyata si Lucky lebih takut dengan kak Lana ketimbang mama Linda. Aku jadi sedikit senang di buatnya. Bersorak dalam hati.

Acara pesta membuatku bosan, jadi aku menyingkir saja seraya menenteng segelas minuman ringan hingga menembus kerumunan orang-orang yang tak ku kenal. Aku berjalan saja ke samping, kebetulan sepi tak ada orang, tapi gelak tawa yang berasal tak jauh dari sana masih terdengar.

Ku sesap minumanku pelan sambil bersandar tembok, tiba-tiba saja kak Lana ada di depanku. Entah darimana dia datang, lagi-lagi dia memberiku senyuman maut itu, binar matanya benar membuat jantungku kembali berdegub tak karuan. Ia menyesap minumannya sejenak lalu menyodorkannya ke tangan kananku yang bebas. Sementara tangan kiriku berisi gelas minumanku sendiri, dia berdiri di hadapanku, tepat di hadapanku. Tangan kanannya bertemu dengan tembok, kini kedua tanganku berisi gelas. Dari jarak sedekat ini aku bisa mencium bau alkohol dari mulutnya.

Sepertinya cairan merah yang ia minum adalah redwine!

Ku balas tatapan matamya yang teduh, kenapa dia menatapku seperti itu, apakah dia mabuk?

"Rita, kamu cantik!" desisnya sedikit mendesah, mataku melebar, apa aku salah dengar? Dia memujiku cantik padahal sudah jelas dia jauh lebih cantik dari diriku.

Dia mulai mendekatkan diri, entah apa yang akan di lakukannya tetapi jantungku berpacu makin tak terkendali, bibirku bergetar hebat hingga untuk bertanya dia mau apa saja aku tak sanggup. Tiba-tiba saja bibirnya sudah mendarat di atas bibirku, aku makin tercengang, mataku bertambah lebar hingga bola mataku mau meloncat keluar. Ku gelengkan kepalaku untuk melepaskan diri, tetapi kedua telapak tangannya menangkup wajahku dan menekan kepalaku ke tembok. Membuatku tak bisa bergerak, apalagi di kedua tanganku penuh gelas. Dia terus memagutku dengan lembut, itu adalah ciuman pertamaku selama 20 tahun aku hidup di dunia.

Aku ingin berontak, tetapi tidak hatiku, entah kenapa hatiku seperti menginginkannya juga. Mataku meleleh, membasahi tangannya di pipiku, merasakan tangannya basah iapun melepasku dan menatapku. Aku juga tidak tahu kenapa aku menangis, apakah karena orang yang menciumku adalah kakak tiriku sendiri yang masih sesama wanita?

"Kamu tidak suka ya?" dengusnya, aku hanya diam membalas tatapannya. Tapi dia malah tersenyum padaku, "aku suka kamu, sejak pertama kali kita bertemu dua tahun lalu di pernikahan mama. Aku pikir, karena kamu akan jadi adikku maka aku pun mencoba tidak mengingat kamu!" akunya. Ia mengusap airmataku dengan jempolnya yang halus.

"Tapi hatiku sulit sekali berkompromi, aku tidak bisa lupa sama wajah polos kamu. Itu sebabnya minggu lalu aku sengaja datang untuk menemuimu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun