Melanie menolehnya, menatapnya. Ya, kini ia berani menatapnya. Dua orang yang memegangnya sudah melepaskan tangannya. Sementara Ben masih berkelahi, salah seorang bodyguard yang tadi memegang Melanie kini berjalan dan hendak membantu ketiga temannya meringkus anak majikannya, tapi Dennis menghalanginya. Akhirnya mereka malah berkelahi sendiri.
" Katakan berapa yang kau mau, aku akan memberikan berapapun yang kau mau asal kau tinggalkan Ruben!" seru Erika.
" Aku tidak mau uang kalian, bukan itu yang aku mau!"
" Omong kosong, pada akhirnya kau itu sama saja. Hanya memanfaatkan Ruben!"
Melanie menggeleng pelan.
" Tidak!"
" Lebih baik sekarang kau pergi, dan jangan kembali lagi. Atau kau mau lihat Ruben seperti itu?" tunjuk Erika. Melanie melihat Ben yang sedang berkelahi, airmata mulai muncul lagi, mengaliri pipinya.
" Simpan airmata buayamu, jangan kau pikir aku akan kasihan padamu dengan airmata itu! Kau tidak akan bisa menipuku!" hardiknya.
" Aku mencintai Ruben, aku sangat mencintainya!" tangisnya, tapi sebuah tamparan keras mendarat lagi ke wajahnya, kali ini lebih keras sehingga Melanie terpental ke tengah jalan. Bertepatan dengan itu ternyata ada sebuah mobil yang melintas dengan kecepatan tinggi. Melanie tak sempat menghindar, ia terpental jauh dan terguling beberapa kali ke aspal.
*****
Suara jeritan Melanie yang hanya sekejap dan derit ban mobil karena rem mendadak menghentikan semua orang, mereka berdiri terpaku menoleh arah suara itu. Sementara mobil yang menabrak tubuh Melanie malah tancap gas alias kabur. Ruben melihat sesosok tubuh terkolek di tengah jalan, seorang wanita bergaun pengantin warna putih dengan noda merah di beberapa sisi. Erika diam terpaku melihat hal itu.