" Kita menikah hari ini, dan setelah itu tidak akan ada lagi yang memisahkan kita, aku hanya ingin hidup bahagia bersamamu, hanya bersamamu!" ungkapnya.
" Aku...aku...!"
" Katakanlah!"
Mata Melanie berkaca-kaca tapi ia belum menangis.
" Aku juga ingin menikah denganmu, kau satu-satunya orang yang ku cintai di dunia ini, aku tak punya alasan untuk menolak kan!"
Sebuah senyum mengembang di bibir Ruben.
" Benarkah?" katanya lagi meyakinkan.
Melanie mengangguk dan bekata lagi.
" Ya, aku juga ingin menikah denganmu, sangat ingin!" ucapnya.
Keduanya tersenyum lebar, kini kedua anak muda itu sedang tak punya jalan lain selain menikah. Saat ini itulah jalan terbaik, menurut mereka.
" O- ya, aku punya sesuatu!" seru Ben sambil merogohkan tangannya ke dalam saku celana bagian kanan, sebuah kotak merah keluar bersama tangannya. Melanie menatap benda itu. Ben membukanya, sebuah cincin emas yang ia beli dari honor hasil manggung di orchesnya bang Iwan selama tiga hari berturut-turut. Ben memungut benda itu, dan membiarkan kotak merahnya jatuh ke lantai.