" Cukup Mel!" pintanya.
" Asha-du alla-illa ha-illallah, waas hadu-anna..... !" Melanie melanjutkan kalimat sahadatnya, lalu tersenyum dan memejamkan matanya, tangannya yang berada di wajah Ruben pun terkulai jatuh. Ben sangat terkejut, sesaat rasanya ia berhenti bernafas, jantungnya berhenti berdetak.
" Mel, Melanie!" desisnya, tangisnya pecah," tidak! Tidak, jangan. Melanie....tidakkk!" teriaknya memeluk tubuh bersimpah darah itu kuat-kuat. Memeluknua erat seakan tak mau lepas. Ia menangis sejadi-jadinya.
Suara tangis Ruben yang menggema membuat tubuh Dennis lemas seketika, perlahan ia mundur dan jatuh di dekat mobilnya, airmatanya mengalir deras tanpa bisa ia tahan, menemani tangis adiknya. Hatinya cukup perih melihat Ruben seperti itu.
Erika masih berdiri mematung, menyaksikan gadis itu terlempar oleh mobil yang menabraknya, dan kini putranya memeluk tubuh gadis itu dengan jeritan yang membuat hatinya pedih. Tanpa terasa sebutir airmata menggelinding dari matanya yang berwarna grey seperti Ruben.
Sementara Ruben masih memeluk tubuh Melanie dengan airmata dan tangisan tiada henti. Harusnya hati ini mereka menikah, harusnya hari ini mereka bahagia. Bukan seperti ini, bukan sepert ini!
**********
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H