Pendidikan kewarganegaraan adalah strategi utama dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi di kalangan generasi muda. Pendidikan ini tidak hanya bertujuan untuk memberi pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, tetapi juga untuk mengembangkan kesadaran sosial dan keterlibatan aktif dalam kehidupan politik dan sosial.
a. Pengajaran Nilai-Nilai Demokrasi dan Hak Asasi Manusia
Pendidikan kewarganegaraan berfokus pada pengajaran nilai-nilai dasar demokrasi seperti kebebasan, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas. Melalui kurikulum yang berfokus pada hak asasi manusia (HAM), siswa diberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga hak individu dan kolektif dalam masyarakat. Pendidikan ini bertujuan untuk membangun pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar demokrasi yang mengutamakan hak asasi manusia dan menghargai keberagaman.
Pentingnya pendidikan berbasis hak asasi manusia ditegaskan oleh laporan UNESCO (2021), yang menyatakan bahwa kurikulum berbasis demokrasi dapat meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya inklusivitas dan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Mengajarkan nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan merupakan langkah awal dalam menumbuhkan sikap demokratis pada generasi muda. Di samping itu, siswa diharapkan tidak hanya memahami teori tentang demokrasi, tetapi juga mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, pengajaran mengenai kebebasan berpendapat, hak untuk memilih, dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum mendorong siswa untuk menghargai dan menuntut hak-hak mereka. Dalam konteks ini, pendidikan kewarganegaraan dapat berfungsi sebagai jembatan antara teori dan praktik demokrasi, memberi kesempatan bagi siswa untuk melihat relevansi nilai-nilai demokrasi dalam situasi nyata.
b. Memberikan Pemahaman tentang Sistem Pemerintahan
Salah satu komponen penting dari pendidikan kewarganegaraan adalah memberikan pemahaman yang mendalam tentang struktur pemerintahan, proses legislatif, dan mekanisme pemilu. Pendidikan ini membekali siswa dengan pengetahuan mengenai bagaimana pemerintahan bekerja, serta bagaimana warga negara dapat terlibat dalam proses pembuatan keputusan, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Pengenalan terhadap sistem pemerintahan yang berlaku, baik itu demokrasi parlementer, presidensial, maupun sistem campuran, memungkinkan siswa untuk memahami bagaimana keputusan politik dibuat dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Program pendidikan ini sangat penting untuk menghindari ketidakpahaman atau apatisme terhadap politik, yang sering kali menjadi masalah di kalangan generasi muda. Sebagai contoh, di Jerman, pendidikan kewarganegaraan merupakan bagian wajib dari kurikulum sekolah menengah, yang mengajarkan siswa tentang sistem pemerintahan Jerman yang demokratis dan pentingnya partisipasi aktif dalam pemilu (Hoskins et al., 2017).
Melalui pemahaman ini, siswa diharapkan dapat lebih kritis terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan memahami peran mereka dalam proses demokrasi. Pemahaman yang mendalam tentang sistem pemerintahan juga mengurangi ketidakpercayaan terhadap politik, sehingga mendorong keterlibatan yang lebih aktif dan produktif dalam kehidupan publik.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)