Mohon tunggu...
Wifqi Rahmi
Wifqi Rahmi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Ilmu Kependidikan Undiksha Singaraja Bali

Saya adalah seorang Kepala Madrasah di sebuah madrasah negeri di Kabupate Jembrana. Hoby saya adalah badminton. Saya tertarik dengan dunia pendidikan, sain dan teknologi. saat ini saya sedang menempuh program doktoral (S3) di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Bali .

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Pendidikan sebagai Sarana Pembentukan Demokrasi

3 Desember 2024   07:30 Diperbarui: 3 Desember 2024   07:34 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses Pemilihan Pengurus OSIS  (Sumber: Dokumen MTsN 3 Jembrana Bali)

Di beberapa negara, pengajaran di universitas dan sekolah dapat dibatasi oleh kekhawatiran tentang pengaruh politik yang mungkin timbul dari pandangan yang tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah. 

Sebagai contoh, dosen atau guru yang mengajarkan topik-topik yang dianggap kontroversial atau kritis terhadap pemerintah dapat menghadapi tindakan hukuman, termasuk pemecatan atau ancaman fisik. Dalam konteks ini, kebebasan akademik menjadi salah satu nilai yang paling terancam, dan pendidikan untuk demokrasi menjadi semakin sulit dijalankan.

Tekanan terhadap kebebasan akademik juga berdampak pada pengembangan pemikiran kritis di kalangan mahasiswa dan pelajar. Jika mereka hanya diajarkan satu perspektif yang dikendalikan oleh pemerintah atau kelompok ideologi tertentu, mereka akan kehilangan kesempatan untuk mengembangkan pandangan yang lebih luas dan objektif tentang dunia. 

Kebebasan untuk mengakses informasi, berdiskusi, dan mempertanyakan asumsi adalah aspek penting dalam pendidikan demokrasi. Tanpa kebebasan akademik yang kuat, sistem pendidikan akan kesulitan untuk menghasilkan warga negara yang memiliki pemikiran kritis dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam proses demokrasi.

Secara keseluruhan, pengaruh ideologi dan politik terhadap sistem pendidikan dapat merusak kualitas pendidikan dan melemahkan fondasi demokrasi itu sendiri. Pendidikan harus tetap menjadi arena bebas untuk berpikir, berdiskusi, dan mengeksplorasi berbagai perspektif, agar dapat mencetak generasi yang siap untuk berpartisipasi dalam demokrasi dengan cara yang bijaksana dan bertanggung jawab.

 

KESIMPULAN

Pendidikan adalah pilar utama dalam membangun demokrasi yang kuat. Melalui pengajaran nilai-nilai kewarganegaraan, pengembangan keterampilan berpikir kritis, dan penerapan metode pembelajaran inovatif, pendidikan dapat menciptakan masyarakat yang inklusif dan partisipatif. Namun, tantangan seperti kesenjangan akses dan intervensi ideologi memerlukan solusi yang terintegrasi agar pendidikan dapat berfungsi sebagai agen demokrasi yang efektif.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik. (2023). Laporan Pendidikan Indonesia 2023. Jakarta: BPS.

Dewey, J. (1916). Democracy and Education. New York: Macmillan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun