“Kenapa?”
Bukan Rara tak mendengar. Dia mengenal suara itu.
“Kenapa gampang gitu?”
Rara melirik tajam di sudut matanya. Terhadap seseorang di sebelahnya. “Apa?”
“Kenapa kau mau bagi nomormu kepada orang yang baru kau kenal?”
“Napa...” Rara membalas tanggapan itu tanpa berbicara tatap muka dengan orang itu, “...masalah?”
“Bukan masa…”
“Hei, Revi,” Rara menoleh ke samping kanan, baru menyadari sesuatu, “kau nguping obrolan kami dari tadi?”
“Nguping? Enggaklah ya. Aku dari tadi duduk sini. Siapa yang gak jelas dengar omongan kalian. Kau juga genat-genit gimana gitu ngomong sama dia. Siapa sih dia?”
“Mana ada lebay seperti yang kau tuduh?”
“Bukan lebay tapi kenapa kau ngomong halus ke dia?”