Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Getaran Cinta Cempluk Warsiyah

22 Oktober 2024   18:35 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eh eh oh ah... jangan salah paham paman. Pemuda itu yang akan menodahi Warsiyah. " kata Sura Gentho sambil menudingkan jari telunjuknya ke arah pemuda yang masih telentang di tengah jalan desa itu.

"Bohong bapa. Jangan percaya omongannya.!!! Kakang Gentholah yang hendak berbuat. " kata Cempluk yang tiba-tiba datang sambil menenteng Kolor Sakti milik bapanya.

"Benar Ki Ageng. Aku juga saksikan, kisanak ini mengejar-ngejar Cempluk. Pemuda ini menyilangkan kuda di depan ki sanak ini. Itulah sebabnya mereka berkelahi. Sumpah, aku berkata benar. Karena aku sedang merumput dekat gapura itu. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Kata seorang warga Ngempal.

"Heeeemm setan kau Gentho. Sudah berniat mau berbuat bejat, sekarang kau bohong lagi. Memfitnah orang yang tak bersalah. Aku ingin menghajarmu. Sampai di mana kau telah menyerap kesaktian kakang Gunaseca." Kata Ki Sura Menggala.

Lelaki tegap gagah berjambang lebat itu segera merebut kolor sakti di tangan Cempluk, ia bergegas menghampiri Sura Gentho dengan langkah tergesa. Namun dengan cepat Sura Gentho melompat dan berlari meninggalkan tempat itu. Seperti musang yang ketahuan mencuri ayam pemiliknya.

Sura Menggala hanya memandangi Sura Gentho menghindar. Tak ingin dia mengejarnya. Anaknya toh masih selamat, dan tak kurang suatu apa. Lelaki itu segera menghampiri pemuda yang menggeletak di jalan itu, ternyata ia pingsan. Sebuah noda biru bekas tendangan nampak mewarnai perutnya. Ia lantas mengurutnya pelan, pemuda itupun kelihatan bisa bernafas dengan lancar.

Ki Ageng Sura Menggala segera mengangkat pemuda itu, dan meletakkan di atas pundaknya.  Lelaki tua itu ternyata masih memiliki tenaga yang kuat, dengan ringannya ia memanggul pemuda itu berjalan pulang.

"Bawa kudanya ke rumah, Pluk. Anak ini butuh perawatan " perintah ayahnya.

"Sendika bapa." Cempluk bergegas mengerjakan perintah.

*******

Telah beberapa hari pemuda itu tinggal di rumah Ki Ageng Sura Menggala. Dengan sedikit pengetahuannya tentang obat-obatan, Ki Ageng Sura Manggala mencoba menyembuhkan memar-memar di tubuh pemuda itu. Cempluk membantu bapanya, bahkan ia harus menyuapi lelaki muda itu saat makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun