Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Getaran Cinta Cempluk Warsiyah

22 Oktober 2024   18:35 Diperbarui: 28 Oktober 2024   15:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bajingan !!! Kenapa kau menyilangkan kudamu di depanku." Kata Sura Gentho marah.

"Agar kisanak tidak lagi mengejar gadis itu." Jawab pemuda itu sambil melepas kudanya.

"Apa urusanmu ? Kau bukan sanak kadang kami, kenapa peduli ?" Tanya Sura Gentho.

"Peristiwa ini bisa menjadi urusan setiap orang yang masih waras otaknya." Jawab pemuda itu.

Pertengkaran adu mulut terus terjadi. Pemuda itu dengan beraninya menghadang, setiap saat Sura Gentho hendak mengejar Cempluk lagi. Akhirnya terjadilah sebuah perkelahian di jalan dekat gapura masuk desa Ngampal.

Cempluk berhenti mendengar teriakan-teriakan dua orang yang berbantah. Ia menoleh, matanya melihat sebuah pemandangan yang menakutkan. Sura Gentho tengah melancarkan serangan-serangan yang dahsyat kepada pemuda yang mengganggunya.

Cempluk tak ingin berlama-lama menyaksikan perkelahian itu. Ia tak mau keselamatannya terancam jika Sura Gentho memenangkan perkelahian. Iapun berlari lagi melanjutkan langkahnya untuk pulang.

****

Ki Ageng Sura Menggala terkejut anaknya berlari dengan tergesa-gesa masuk halaman. Ia segera bangkit dari duduknya di atas tanah di sisi pintu depan rumahnya. Waktu istirahatnya untuk mengeringkan keringat terganggu melihat Cempluk yang nampak ketakutan.

"Kenapa kau lari-lari seperti dikejar setan, nduk. Keringatmu deras, tubuhmu basah kuyub. Wajahmu juga pucat." Kata Ki Ageng.

"Bapa, hah hah hah. Kakang Sura Gentho bapa, hah hah." Katanya tersendat-sendat di tengah nafasnya yang masih terengah-engah. Berulang kali ia menelan ludahnya karena kehausan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun