Aku hendak dinikahkan dengan seorang gadis minggu ini paman. Sementara setitikpun rasa cinta tidak tumbuh di hatiku. Daripada kering rasa rumah tanggaku kelak, dan aku tak kuasa untuk menolak, lebih baik aku pergi." Jawab pemuda itu.
"Hohoho ternyata kau minggat ta ngger ?." Tanya Ki Sura Menggala.
"Yah paman. Nyatanya memang begitu. Minggat, hehe. Tapi rahasiakan ini dari Cempluk paman."
"Kenapa harus saya rahasiakan ? Dia telah merawat tubuhmu dari memar hingga sembuh ? Aku tak ingin berbohong jika dia bertanya."
"Biarlah aku sendiri nanti yang akan menjelaskan paman. Aku takut dia menjauh dariku setelah tahu jatidiriku."
"Kenapa takut ? Kalau dia menjauh darimu raden ?"
"Aku masih kerasan tinggal di sini. Aku pergi tanpa tujuan, untuk kembali masih belum berani. Tentu kadhipaten Trenggalek saat ini sedang ribut besar."Â
"Yah yah yah...baiklah. Tapi kau harus tahu raden, Cempluk adalah permataku. Tak aku biarkan orang merusaknya."Â
"Jangan kawatir paman, aku akan menjaganya."
******
Sebulan lebih Subrata tinggal di Ngampal. Warga masyarakat desa sering melihat pemuda itu dan Cempluk berkuda beriringan di jalan dengan wajah ceria. Seluruh warga bahkan berharap, semoga Cempluk segera mendapatkan jodohnya. Harapan mereka mungkin segera terkabul, karena kini ada pemuda tampan yang selalu mengiringi kemanapun gadis itu pergi.