Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Mistis di Pangkal Paha Ken Dedes

19 Oktober 2024   00:45 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:35 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gak bisa. Aku sibuk melayani pesanan. Empat ribu pedang dan empat ribu tombak dari pimpinan prajurit tamtama pakuwon Tumapel."

"Bisa kataku.  Jika kau menolak pedangku yang berkata."

"Aku tak punya persediaan besi. Besi sekarang sulit dicari. Di mana-mana dibutuhkan orang. Banyak kejahatan yang harus ditumpas." 

"Jangan banyak bicara. Besi akan aku kirim kesini. Berapa kau butuhkan untuk seribu pedang dan dua ribu tombak lempar ? " tanya pemuda itu.

"Lima pedati. Kami harus memurnikannya dulu, karena banyak sekali campuran logam lain besi sekarang." Kata Mpu Gandring.

"Buaya kamu.  Serakah sekali kau gandring. Buat apa kau menumpuk kekayaan dengan membohongi calon pelangganmu ?"

"Kalau nggak mau pergi saja."

"Baik. Lusa teman-temanku akan mengirim besi lima pedati ke pabrikmu."

"Besi dari mana kau dapatkan ? Hasil merampok ?"

"Tak usah cerewet kau. Aku sobek mulutmu menuduh kami perampok. Kau tinggal menunggu saja. Empat bulan harus sudah jadi, terhitung sejak malam ini."

"Tidak bisa. Pesanan banyak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun