Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Mistis di Pangkal Paha Ken Dedes

19 Oktober 2024   00:45 Diperbarui: 19 Oktober 2024   16:35 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapakah kamu ?" Tanya pemimpin rombongan pemuda itu tetap tenang.

"Aku pekerja di sini. Sekaligus penjaga keselamatan Mpu, juragan kami." Kata lelaki berotot itu.

"Panggilkan Mpu Gandring untuk menemuiku. Aku tamunya. Telah kutempuh jarak yang jauh, menerobos hujan dan badai, agar bisa bertemu juraganmu. Malam ini juga. Cepat !!" Kata pemuda bermata tajam dan berrambut tergelung di atas kepala itu.

"Mpu sedang istirahat. Mungkin beliau sudah tidur. Besok saja kalian datang kesini lagi." Jawab pekerja itu, sambil undur diri hendak menutup pintu.

Namun usahanya tertahan, tangan kiri pemuda yang berdiri dihadapannya itu menahan daun pintu agar tidak ditutup. Terjadi adu kekuatan tarik dorong daun pintu yang terbuat dari papan kayu jati itu.

Tiba-tiba pemuda pendek di samping pemimpin rombongan itu menerobos masuk, mendorong lelaki kekar penjaga pabrik itu, kemudian menendang perutnya. Penjaga itu roboh ketanah sambil berteriak kesakitan.

"Aduh !!! Kenapa kau menendangku ?!!"

"Persetan. Panggilkan Mpu Gandring !! Jika tidak aku gorok lehermu." Jawab pemuda pendek anggota rombongan itu.

Tiba-tiba terdengar gonggong anjing berulang-ulang. Sesaat kemudian terdengar langkah lari binatang itu menuju kerumunan orang di depan pintu. Beberapa tombak dari pintu ia berhenti, dan menyalak terus dengan beringasnya.

"Komang !!! Sssttt sut sut. Terkam ! Gigit mereka.!!!"

Pemuda pendek itu meloncat mundur saat anjing hitam besar itu melompat hendak menerkamnya. Ia lolos pedang dari sarungnya, dengan sigap ia tebas leher anjing itu saat masih melayang di udara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun