"Kenapa kau cari di sini ? Ini medan pertempuran."
"Sudah aku ketemukan di sini. Ternyata bandotku sedang bermain-main."
"Mana ?"
"Kau !! Kaulah Bandot itu. Bukankah kau yang suka bermain-main dengan kambing betina saat di hutan Lodhaya. Di sebuah kandang bernama Bangsal Madu Branta. Bersama Bandot-bandot lain sahabat tuan; Â Singa Lodhaya, Kelabang Gede, dan Bonge Kalungkung." Kata Sembada memancing kemarahan Gagak Arga.
"Setan alas. Bayi kemarin sore tak tahu diri. Apa pedulimu dengan kegemaranku ?" Jawab Gagak Arga.
"Aku tidak peduli tuan. Bukankah memang begitu kelakuan bandot. Emmmbbbeeekkk, brueehh, brueehh." Ledek Sembada.
Gagak Arga melompat cepat menerjang Sembada dengan senjata pisau panjangnya. Namun Sembada waspada sejak awal, iapun melompat tinggi menghindarinya. Cambuknya bergerak menghantam punggung pendekar gunung Kawi itu.
Sebentar kemudian terjadilah pertempuran antara keduanya dengan sengit, keras dan cepat. Sepuluh prajurit yang semula mengeroyok Gagak Arga menyaksikan pertempuran itu dengan hati tercengang.
"Carilah lawan di medan. Biar bandot tua ini aku gembalakan." Kata Sembada. Cambuknya berulang kali meledak memekakkan telinga.
Gagak Arga dengan gencar menyerang Sembada dengan sabetan-sabetan pisau yang berbahaya. Sembada berlompatan menghindar sambil mengirim sengatan ujung cambuknya. Pendekar gunung Kawi itu sangat marah, segera ia tingkatkan ilmunya sampai puncak. Gerakannya semakin lincah gesit dan cepat. Seperti burung gagak jantan yang berlaga di udara.
Namun Sembada bukan pemuda yang baru belajar di sebuah padepokan. Tetapi ia telah menyerap semua jurus sakti di goa kitab ilmu. Di goa rahasia itu iapun telah menyadap aji jaya kawijayan tingkat tinggi, aji Tapak Naga Angkasa, sampai tuntas.