Nampak seseorang sambil merunduk mengikutinya, ia melihat lelaki kecil itu baru menghadap pemimpinnya. Meski ia dengar pesan yang diterimanya, namun sama sekali ia tak tahu maknanya. Tapi ia menganggap pesan itu sangat penting bagi kelangsungan perang ini bagi musuhnya. Oleh karena itu ia wajib menggagalkannya.
Namun ketika orang itu mengangkat pedangnya hendak menebas punggung lelaki kecil itu, sebuah tombak lebih dulu melayang dan menghujam di punggungnya sendiri.
Perunduk itu menjerit kesakitan dan roboh di tanah tepat di belakang prajurit penghubung itu. Bajra kaget dan segera menoleh ke belakang serta mencabut kerisnya untuk bersiaga dari segala kemungkinan.
"Segera lanjutkan tugasmu. Tombakku telah menghentikan tingkah lakunya yang mencurigakan. Ia merunduk mengikutimu, maka tak aku biarkan ia mencelakaimu." Kata seorang prajurit.
"Terima kasih Bondan. Kau telah menyelamatkan nyawaku."ucap Bajra.
"Segera berangkat, barangkali pesan itu sangat penting." Kata Bondan sambil mencabut tombaknya yang menancap di punggung orang yang tengkurap di tanah itu.
"Baiklah, sekali lagi terima kasih." Â Kata Bajra.
Prajurit itu bergegas keluar dari kancah perang. Berulang kali ia menengok ke belakang takut ada orang yang merunduknya lagi. Namun sebentar kemudian ia berlari ke arah kudanya yang ia tambatkan di sebuah pohon.
Dengan kencangnya Bajra memacu kudanya menuju hutan di pinggir dusun Kedung Cangkring. Ia sudah hafal jalan yang harus ditempuh menuju pesanggrahan sebagian pasukan Bala Putra Raja yang diperbantukan dalam perang di kademangan Maja Dhuwur.
Dengan bendera putih kecil yang berkibar di atas kepala kudanya, semua prajurit yang menjaga gardu pintu masuk pesanggrahan membiarkannya memacu kudanya untuk lewat. Ia menuju barak pimpinan di pesanggrahan itu.Â
Ia segera menarik kekang kudanya dan meloncat dari punggung kuda saat melihat lelaki tinggi besar berpakaian perwira prajurit berdiri di pintu barak pimpinan itu. Iapun segera mendekat dan membungkuk hormat.