Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 26. Tunaikan Tugas (Cersil STN)

31 Mei 2024   10:09 Diperbarui: 2 Juni 2024   11:14 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa diduga ki demang Sentika, semua warga yang diundang menyatakan setuju.

Siang itu mereka berunding membagi tugas. Warga dikelompokkan jadi tiga. Satu kelompok menyediakan kayu untuk tiang-tiang utama, satu kelompok membuat papan kayu untuk dinding, satunya lagi mengumpulkan ijuk pohon aren untuk atap.

Ki demang Sentika berjanji selama kerja bakti ini kebutuhan keluarga mereka akan ki demang cukupi.

Mengingat jenis pohon yang tumbuh di hutan sekitar Majaduwur kebanyakan pohon bendo yang layak buat tiang dan papan, maka diputuskan pohon itulah yang di pilih.

Sementara untuk mencari ijuk bisa masuk hutan sebelah utara Dusun Kedung Cangkring. Ada ribuan pohon aren di sana. Tinggal ijin bekel dusun Kedung Cangkring warga bisa cari ijuk sebanyak banyaknya.

Warga dusun itu sebagian besar membikin gula merah dari nira pohon aren.

Diharapkan kerja awal ini selesai dalam satu bulan. Dalam kerja ini Handaka dan Sekarsari di angkat jadi pengawas. Handaka mengawasi kerja pembuatan tiang, papan dan pengadaan ijuk. Sekarsari mengawasi kerja penyaluran bantuan untuk keluarga warga yang bekerja mengadaan bahan bahan itu.

Handaka dan Sekarsari justru merasa senang ikut dilibatkan ayahnya dalam kerja itu. Handaka tak memiliki lagi perasaan tidak senang kepada Sembada. Ia kini justru sangat hormat padanya.

Pemuda itu kagum dengan kesabaran Sembada. Meski ia telah menuduhnya tanpa dasar namun ia tak mau membalas semua serangannya yang mematikan. Ia hanya menangkis dan menghindar. Jika saat itu ia gunakan ilmu seperti saat perang di padang rumput, dalam waktu singkat ia tentu terkapar.

Handaka menarik nafas panjang.

"Betapa tololnya aku saat itu. Sungguh perbuatan yang memalukan sekali. Aku wajib minta maaf kepadanya kelak jika ia kembali." Katanya dalam hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun