Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 26. Tunaikan Tugas (Cersil STN)

31 Mei 2024   10:09 Diperbarui: 2 Juni 2024   11:14 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sungguh dahsyat.  Pertempuran tangan kosong imbang, mereka lanjutkan dengan senjata. Gusti Narotama membawa pedang bercahaya kekuningan, dan Sembada bersenjata cambuk. Saat itulah aku dan Kartika sepakat, bahwa pendekar bercambuk yang menolong pasukan Majaduwur adalah Sembada."

"Terus kang...seru sekali."

"Pertempuran berlanjut. Namun tetap tak ada yang lebih unggul. Sampai ki demang ketakutan keduanya perang tanding sampai akhir, dan siapa yang menanglah yang masih hidup. Akhirnya mereka menghentikan perkelahian."

"Terus kang, apakah selesai begitu saja ?"

"Belum. Gusti Narotama ngajak berlomba ilmu. Tiba tiba ia gerakkan pedangnya kearah dahan besar di atas kami bersembunyi. Dahan itu putus meski terbabat oleh cahaya. Kami terpaku nggak bisa bergerak melihat dahan besar itu melayang jatuh ke arah kami. Kami menjerit sekerasnya."

"Terus kang. Kenapa kakang bisa selamat ?."

"Kami tak tahu kejadiannya. Tiba tiba dahan itu meledak dan terbakar jadi abu dalam sekejab. Perkiraanku Sembadalah orangnya yang menolong kami. Ia tahu bahwa kami juga hadir di sana. Iapun mengenal suara kami, karena terlalu sering kami bercakap"

"Hebat. Dahan Randu itu besar sekali. Sebesar pohon kelapa. Daunnya rimbun hijau. Bisa terbakar dalam sekejab. Bukan ilmu sembarangan."

"Yah. Akhirnya kami dipanggil ki demang. Kami dimarahi. Dan karena itu kami tahu siapa yang menyelamatkan kami. Ki demang yang memberi tahu kami. Dengan hanya menggerakkan ujung cambuknya, keluar sinar biru keputihan. Dan sinar itu menghantam dahan pohon yang tengah melayang jatuh. Terbakarlah ia jadi abu. Kami berdua selamat."

Demikianlah cerita Sambaya kepada teman temannya. Esok harinya cerita itupun telah menyebar ke seluruh desa. Banyak tanggapan dari warga. Dan ceritapun berkembang. Bahwa Sembada dapat terbang. Bersenjata cambuk api. Dan lain sebagainya.

Sementara Sembada sendiri saat itu sudah dua hari menginap di rumah Ki Wangsa Jaya. Lelaki tinggi besar berjambang dan berjenggot lebat itu menahannya untuk tidak melanjutkan perjalanan dulu. Ia tertarik dengan Sembada sejak perkenalan pertama. Ada pemuda berani hendak mengamati padepokan Singa Lodhaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun