Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 8. Kakek Narto Celeng (Cersil STN)

20 Maret 2024   11:53 Diperbarui: 3 Juni 2024   23:22 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika sore tiba mereka berenam pergi ke balai desa Sambirame.  Kakek-nenek itu mengantar cucu-cucunya melihat pertunjukan tari kuda kepang.  Sebuah pertunjukan rakyat yang sudah sering dipentaskan di mana-mana.  Keunikan seni ini pada puncak pertunjukan penarinya pasti ada yang kesurupan.
Sampai di tujuan halaman balai desa itu sudah ramai.  Penonton sudah berjubel.  Namun akhirnya mereka berhasil mendapat tempat yang baik, sehingga cucu-cucu ki Narto bisa melihat pertunjukan dengan leluasa.

Sembada tidak ikut menonton pertunjukan itu.  Ia hanya ingin melihat keadaan desa Sambirame.  Nampak bangunan-bangunan yang sudah kusam tak terawat.  Kebersihan desa itu juga tidak terlalu terjaga.  Banyak sekali sampah menumpuk di mana-mana.

Ia lantas berjalan-jalan mengelilingi desa itu.  Nampak di sebuah tanah lapang sudah berdiri sebuah panggung.  Melihat wujudnya pasti bukan untuk pertunjukan Wayang Beber.  Namun dipersiapkan untuk lomba adu ketangkasan berkelahi.  Pencak Dor.

Ia dulu juga pernah menonton acara semacam itu.  Dua orang bertarung diiringi bunyi kendang dan tambur. Bunyi tambur itulah yang mengilhami nama acara itu Pencak Dor.  Dalam perkelahian yang bebas itu bisa terjadi kemungkinan salah satu peserta cedera atau bahkan mati.

Namun acara itu baru dilaksanakan besok.  Bagi Sembada acara ini lebih menarik.  Apa tujuan kepala desa yang bekas berandal itu menyelenggarakan acara semacam ini. Mugkinkah ia mencari bibit-bibit muda yang memiliki keberanian dan olah kanuragan untuk dijadikan anak buahnya.  Sembada menggelengkan kepala sendiri, ia tidak tahu.

Namun besok ia akan datang menonton acara itu.  Tentu sangat menarik.  Ia bisa mengukur seberapa besar kemampuan anak-anak muda di desa ini.

Menjelang matahari tenggelam acara pertunjukan tari kuda kepang selesai.  Penonton telah membubarkan diri dan pulang ke rumah masing-masing.  Para pedagang di pinggir jalan juga telah menutup jualan mereka.

Sembada yang sudah kembali dari berjalan-jalan mengelilingi desa itu telah kembali.  Ia mendekati Ranti, dan memberinya sekeping uang.

"Ajak adik-adikmu membeli makanan yang disukai."  Katanya.
Ranti memandang wajah Sembada sesaat, kemudian menundukkan matanya.

"Terima kasih kang." Gadis itu berucap lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun