Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 8. Kakek Narto Celeng

20 Maret 2024   11:53 Diperbarui: 6 September 2024   22:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup lama mereka di sungai mencari ikan.  Ketika matahari sudah melewati titik tengah di langit mereka pulang.  Kepis kakek Narto penuh dengan ikan yang besar-besar.  Ada ikan lele, tawes dan wader.  Bahkan mereka sempat mendapatkan seekor belut yang cukup besar.

"Anak-anak tentu gembira makan ketela dengan lauk ikan bakar."  Katanya sambil tersenyum.  Sembada ikut tersenyum menyaksikan wajah kakek Narto yang ceria.

Sampai di rumah setelah membersihkan badan di pakiwan kedua lelaki itu duduk lagi di amben bambu teras rumah. Banyak hal yang mereka percakapkan.  Namun sejenak kemudian Ranti keluar rumah membawa dua cobek ketela dan ikan bakar yang besar-besar.  Sembada dan Kakek Narto menikmati makanan itu dengan lahapnya.

"Jadi kepala desa Sambirame ini dulu bekas rampok Kek ?"

"Bukan bekas kayaknya.  Sampai sekarangpun mungkin ia masih suka merampok.  Hanya saja tidak dilakukan di sini.  Tentu ia mencari tempat lain."

"Dalam perjalananku melewati hutan Wringin Soban, saya melihat sekelompok orang berkuda yang akan dibegal oleh gerombolan penjahat."

'Woo Gerombolan Gagakijo.  Namanya sudah terkenal di mana-mana.  Ia raja di hutan Wringin Soban.  Para pedagang biasa menunggu teman-temannya dulu jika menyeberang hutan. Jika rombongan mereka dirasa cukup kuat barulah mereka berani melewati hutan itu."

"Terjadi pertempuran sejenak.  Namun gerombolan begal itu akhirya melarikan diri."

Kakek Narto mengangguk-angguk.

"Apakah angger melihat mereka bertempur."

"Aku ketakutan.  Makanya aku merunduk-runduk di antara tanaman perdu di pinggir jalan.  Agar mereka tidak tahu."  Kata Sembada berbohong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun