Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 8. Kakek Narto Celeng

20 Maret 2024   11:53 Diperbarui: 6 September 2024   22:57 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudah-sudah, masuk sana. "

Nenek itu kemudian masuk rumah.

Sembada dan kakek tua itu lantas mencicipi ketela rebus yang masih hangat.  Sebenarnya Sembada merasa ragu untuk ikut makan jatah makan malam si kakek.  Dalam kondisi hidup miskin mereka masih menanggung tiga cucu yang belum bisa apa-apa.

"Desa ini namanya desa apa Kek ?" Tanya Sembada.

"Dusun Suwaluh.  Wilayah desa Sambirame. Desa ini dulu cukup makmur.  Namun setelah Medang jatuh, semakin hari semakin semrawut.  Kepala desanya tidak seperti dulu, bijaksana, rajin, dan bersemangat meningkatkan kesejahteraan kawula.  Kepala desa yang sekarang senangnya hanya berfoya-foya." Jawab si kakek.

'Sudah berganti ?" Tanya Sembada lagi.

"Yah.  Bukan anaknya yang menggantikan.  Kepala desa yang lama berserta keluarga habis terbunuh.  Gerombolan yang menyerbunya adalah pendukung Raja Wura-wari.  Pemimpin gerombolan itulah yang kini jadi kepala desa di sini. " terang si kakek.

"Apakah desa-desa sekitar ini juga mengalami hal yang sama ?  Pemimpinnya berganti orang lain ?" Sembada bertanya lagi.

"Ya.  Nasibnya semua sama.  Hanya Kademangan Majaduwur yang belum tersentuh.  Demang Majaduwur pengikut setia Prabu Darmawangsa, kecuali dia sendiri orang sakti, ia juga memiliki barisan pengawal yang kuat.  Sudah beberapa kali terjadi penggempuran kademangan itu, namun belum satu kekuatanpun yang mampu melengserkan kedudukannya."

Sembada mengangguk-angguk.  Ia semakin penasaran untuk segera sampai ke kademangan itu sebagaimana perintah gurunya.

"Masih jauhkah kademangan Majaduwur dari desa ini ?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun