"Bantu aku berdiri."
Kupapah tubuhnya, membantunya berjalan ke sisi lain jembatan dan mendudukkannya.
Disinari remang lampu jalan yang menanti ajal, tubuhnya tampak amat kacau. Rambutnya acak tak keruan. Baju minimnya yang berbelahan rendah agak melorot, dan sialnya aku dibuat beberapa kali mesti memalingkan wajah dari pemandangan kurang ajar itu.
Ia agak menggigil, kakinya yang hanya terbalut rok mini merapat. Napasnya terdengar memburu. Ia terlihat tengah berusaha keras mengatur tenggorokannya yang masih dikuasai gejolak dari lambungnya.
"Nama?" tanyanya, serak, dingin.
"Hmm?"
"Siapa namamu?"
"AJAK."
"Ha?"
"A-J-A-K."
"Anjing?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!