"Untuk menikah."
 Lelaki itu tergelak keras. "Ada yang mau menikah denganmu, hah?"
"Aku butuh uang."
"Baiklah. Aku ada banyak proyek pesta untukmu."
"Aku butuh uang, sekarang!"
"Dibayar di muka, maksudmu? Bajingan! Untung reputasi dan tampilanmu bagus. Aku ingat, cerita awalmu dulu ketika kali pertama datang padaku, apa? Oh, kau hampir membunuh seorang anak dengan taringmu itu di usia empat belas, kan? Cuma gara-gara cemburu karena gadis yang kausukai malah jalan bersamanya, kan? Sialan! Untuk apa aku mengingatnya?"
"Sekarang atau kuputus urat lehermu itu, Bangsat?!" Aku menggeram.
"Baik, baik. Tenangkan dirimu. Joy, ambilkan uang untuk Tuan Serigala ini."
***
"Aku tak keberatan jika kau ingin bernostalgia," katanya sambil menarik lututnya, memecah lamunanku.
"Aku ingin kita selalu bersama."