Huek! Aku menoleh ke belakang. Herggg! Aku menoleh ke kanan. Heeerrrg! Aku mulai berjalan ke arah kanan. HUUEEEKK! Kudapati tubuh wanita berjongkok di dekat tiang lampu pinggir jalan.
Aku teringat kopi botolan di tanganku, kemudian dengan sedikit ragu-ragu menyodorkan kepadanya sebelum lebih dulu menepuk bahu kirinya.
Ia hanya menoleh sekilas, lalu sigap menyambar kopi botol pemberianku. Memutar tutupnya cepat, dan menenggaknya lekas-lekas. Alih-alih menjadi lebih baik, ia justru muntah kembali. Kali ini lebih deras. Suaranya menggergaji udara malam.
"Anjing!" makinya keras.
Menyadari kebodohanku, aku bingung sendiri. Pikiran bunuh diri di kepalaku lenyap direnggut kelapak kelelawar yang melintas.
"Air, air putih!" pintanya dengan suara masih serak.
"Ha? Tunggu sebentar, aku .... "
"Susu, susu saja!" rentetnya cepat.
"Sebentar, akan kucarikan." Aku balik badan, hendak memenuhi permintaannya.
"Bego! Kembali kau!"
Aku mendatanginya lagi.