Mohon tunggu...
vierazahrul
vierazahrul Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - siswa sekolah

"Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". -Ali bin Abi Thalib-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Pelarian Lyra"

10 Desember 2024   13:22 Diperbarui: 10 Desember 2024   13:22 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lyra hanya mengangguk pelan. Ia tidak tahu harus berbuat apa, tapi hatinya tenang dengan keberadaan Nenek Laksmi yang penuh kasih. Nenek itu kemudian memberinya secangkir teh hangat yang membuatnya merasa lebih nyaman.

"Apakah kau dari desa sana?".

Tanya Nenek Laksmi sambil menunjuk ke arah desa kecil dari kejauhan.    

"Ya," jawab Lyra dengan suara lembut. "Aku... aku tersesat."

"Tidak apa-apa, nak. Ini bukan salahmu. Kadang, kita memang bisa tersesat dalam perjalanan hidup. Yang penting, kita saling membantu. Tetapi jika kau ingin kembali ke tempat asalmu, untuk sementara, tinggalah dulu bersama nenek ya!". Sahut nenek lagi

"Baiklah nek, terima kasih atas tumpangannya!".

Lyra merasa sedikit tenang mendengar kata-kata tersebut. ia memutuskan untuk menceritakan kejadian yang terjadi, bagaimana ia berjalan jauh dari desa tanpa sadar, hingga akhirnya tiba di hutan yang lebat ini.

      Keesokan paginya, Lyra ingin menemui nenek itu, ia berkeliling untuk mencari Nenek Laksmi dari ruang utama sampai ke ruang belakang. Suatu ketika Lyra tidak sengaja mendengar suara dari balik pintu kamar, terdapat seorang wanita yang sedang duduk di ranjang, dengan sinar matahari yang menyinarinya dari balik jendela, dan terdapat seorang anak laki-laki yang duduk di hadapan wanita itu sembari menundukkan kepalanya ke arah wanita itu, seakan-akan ia harus tetap patuh pada apa yang akan wanita itu menyuruh nya. Hal ini membuat Lyra semakin penasaran atas apa yang sedang mereka lakukan, ia hendak mengintip ke arah kamar itu.

"Sedang apa dia disitu, mengapa wanita itu hanya berdiam saja disana? Dan siapa anak laki-laki yang bersamanya itu?".

Pikirnya sembari menyipitkan setengah matanya.

"Mungkin hanya pikiranku saja". Batinnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun